[story] Me and You and Picture Of Our Future

Leave a Comment
Me And You And Picture Of Our Future




Tahu gambaran sempurna tentang kita di masa depan versiku?
Kita, naik kereta luar kota, hanya demi sebuah weekend getaway tanpa rencana. Sekadar kabur dari rutinitas yang kian lama kian mencekik. Kamu akan membiarkanku duduk di dekat jendela agar memiliki ruang pandang tak terbatas tentang pepohonan, rumah-rumah yang kita lewati, mobil-mobil di tengah jalan raya. Apapun. Agar aku bisa leluasa memerhatikan detail kehidupan di luar sana lalu menuangkannya ke dalam tulisanku.
Tulisanku yang membuatmu jatuh cinta untuk pertama kali dan untuk seterusnya.
Kamu tidak akan berbicara sepanjang perjalanan. Terdiam dalam keasyikanmu mengurai criminal thriller yang dihadirkan John Grisham dalam buku bacaanmu. Sesekali kamu menghela napas berat saat scene yang kamu baca begitu menyesakkan. Aku hanya tersenyum memerhatikanmu, lalu tanpa suara merogoh tote bag di bawah kaki, dan mengeluarkan buku bacaanku. Chicklit atau contemporary romance favoritku.
Bacaan kita sangat berbeda. Namun kamu tidak pernah mengejek betapa shallow-nya aku dengan pilihan bacaanku. Dan aku juga tidak akan men-judge kamu sok-pintar-sok-serius dengan pilihan bacaanmu.
Lalu, aku akan membalik halaman bukuku. Kali ini milik Lindsey Kelk. Mencari bagian terakhir yang kubaca sebelumnya. Kamu akan melirik dari balik halaman bukumu, tersenyum tipis, membuka salah satu earphone di kupingmu, lalu memasangnya di kupingku.
Kita berbagi lagu yang sama.
Kali ini John Mayer dengan Love is a Verb.
Dan aku akan membalas dengan senyuman. Selama beberapa detik kita akan saling menatap. Lalu kamu akan kembali fokus memecahkan kasus kriminal ala Mr. Grisham. Dan aku akan tertawa pelan tanpa suara menyadari betapa careless dan beruntungnya seorang Angela di tengah kota Manhattan.
Dan John Mayer di telinga kita.

Tahu gambaran sempurna tentang kita di masa depan versiku?
Aku freak out di dapur. Ketika mencoba menjadi domestic goddess karena terpengaruh sindrom yang diciptakan Farah Quinn. Minyak bercipratan ke segala penjuru dan aku sibuk melompat ke sana kemari menghindari minyak yang mengamuk. Dan potongan ayam gosong di piring. Juga wortel yang semula kuniatkan untuk dipotong bulat pipih malah kupotong secara abstrak.
Lalu pintu apartemen ini akan terbuka dan kamu mendengar jeritanku. Tanpa menghiraukan keletihan yang kamu rasakan setelah berjam-jam bekerja di kantor, mungkin beberapa jam dimarahi bos kamu yang berperut buncit dan berkepala botak itu, lalu terjebak macet. Kamu melempar tasmu ke atas sofa putih di ruang tamu. Berlari menuju dapur tanpa membuka jas atau sepatu.
Dan menemukanku terduduk di bawah kitchen set dengan dua sendok stainless teracung menutup wajah dari minyak yang menggila. Lalu kamu akan mematikan kompor dan mendekatiku. Memelukku. Memastikanku baik-baik saja.
Lalu kamu akan tertawa pelan begitu aku bercerita tentang niatku menjadi kitchen queen. Kamu mengacak-acak rambutku, menenangkanku bahwa ini bukan ide buruk tapi juga bukan ide baik. Sedikitpun tidak menyalahkan ketidakbecusanku di dapur. Sedikitpun tidak menyesali keputusanmu memilihku meski selamanya kita bertahan dengan masakan takeaway.
Katamu, jika ingin makan enak, kita bisa ke rumah orangtuaku atau orangtuamu.
Lalu kita akan memesan pizza sebagai ganti makan malam. Kamu akan mandi dan membersihkan diri. Aku akan menyiapkan pakaian bersih untukmu. Setelah itu, kita akan menunggu pizza datang dengan duduk berdampingan di sofa. Kamu dengan The Economist dan segala penjelasan tentang revenue pool, competitive differentiation, bank guarantee, bank collateral, dan lain-lain yang tidak kumengerti. Aku dengan Cosmopolitan beserta artikel tentang woman’s life, sex and relationship, hot gossip, fashion du jours, the it couple, the it items, dan artikel lain yang tidak kamu mengerti.
Dan kesepian ini terganggu dengan kedatangan si pengantar pizza.
Setelahnya, kita akan memakan pizza sambil bercerita tentang hariku dan harimu.

Tahu gambaran sempurna tentang kita di masa depan versiku?
Ketika aku dan kamu tenggelam dalam dunia kita masing-masing, dunia yang tidak pernah bisa kita mengerti tetapi juga tidak bisa kita tinggalkan, tetapi kita tetap bisa merasakan kehadiran satu sama lain. Bahwa kita saling memiliki. Bahwa di balik lembaran buku John Grisham itu akan ada something romantic yang membuatmu mengingatku. Bahwa di balik lembaran buku Lindsey Kelk pasti ada sesuatu yang menyesakkan dadaku dan membuatku meraih tanganmu meminta perlindungan.
Perasaan bahwa kita saling memiliki. Bahwa dalam keheningan, kita saling berbagi.
Kita saling mencintai.
Dan masa depan seperti itu, aku rasa itu cukup.


NB: Terinspirasi dari cerita Adit yang lagi di kereta dan di sebelahnya ada pasangan. Si cowok baca John Grisham. Si cewek baca Harlequin. Damn, i said that: itu gambaran )idaman) masa depan gue dan suami gue.

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig