1000 Musim Mengejar Bintang
Charon
(Ini cover lama. Punya gue cover lama. Kemaren baca di Twitter Gramedia kalau novel ini cetak ulang dengan cover baru)
(Ini cover baru. Jujur, gue lebih suka cover lama. Kesan musim gugur yang sendu cocok banget sama feel cerita)
Setelah sekian lama nggak baca
Amore, akhirnya baca lagi. Sebelumnya belum pernah dengar nama Charon jadi ini
pengalaman pertama baca buku dia.
Seribu Musim Mengejar Bintang. First tought: Judulnya lebay hahaha
*sorry*
Novel ini bercerita tentang
kehidupan Laura selama sepuluh tahun. Mulai dari dia berusia 16 tahun sampai 26
tahun. Laura yang tinggal di kota kecil di pinggiran kota besar—bingung? Sama,
gue juga—dijuluki sebagai siswi kampung oleh teman-teman sekolahnya yang anak
gedongan yang sudah barengan sejak TK. Laura hanya tinggal sama mamanya yang single parent. Laura digambarkan sebagai
seorang anak penurut, introvert, selalu
diam, dan sendu—yang terakhir cuma kesan yang gue tangkap selama membaca buku
ini. Selama dua tahun Laura memendam perasaan suka sama Niko, si sempurna—ganteng,
baik, kaya, pintar, ketua OSIS. Dooh! Too
perfect—tapi diam aja karena merasa
nggak selevel dan Niko juga sudah punya pacar, Erika, si popular. Baru di tahun
ketiga Laura bisa menjadi teman sekelas Niko. Mereka dekat—tanpa rencana—tapi karena
suatu kesalahpahaman, mereka berpisah dengan tidak baik-baik. Laura ikut
mamanya yang dipindahin ke suatu kota entah di mana sejarak dua jam perjalanan
dengan pesawat dari kotanya sekarang oleh kantor mamanya sedang Niko mengejar
mimpinya menjadi perancang perhiasan ke New York.
Lalu cerita masuk ke bagian kedua.
Tentang Laura dan kehidupan barunya sebagai pelayan resto, lalu asisten chef, chef, dan belajar ke chef terkenal di Italia. Lalu kembali
dan jadi chef kepala. Bagian ketiga
berisi tentang perjalanan Niko di New York, kuliah di Gemology Institute of
America, hubungannya dengan orangtuanya, dan kemudian bekerja bersama Julien
Bordeaux, perancang perhiasan ternama asal Prancis yang membantu mewujudkan
mimpinya, sukses dan pulang ke Indonesia. Bagian keempat berisi tentang Laura
yang bertemu dengan orang-orang dari masa lalu ibunya yang memberinya sebuah
keluargabaru. Di sini dia bertemu Luki dan mengalami kecelakaan. Lalu bagian kelima,
Laura-Luki-Niko. Pertemuan kembali mereka, kehadiran Luki, dan kecelakaan.
Akhirnya? Well, baca sendiri.
Ceritanya so far seru. Gue cukup enjoy
meski bahasanya terlalu lembut dan gue yang sedang menerjang macet suka
kehilangan kesabaran baca tulisan selembut ini sehingga beberapa di-skip. Tapi dialog Laura dan ibunya
menurut gue terlalu kaku untuk sebuah percakapan ibu dan anak. Dan juga,
alurnya terlalu cepat. Memang sih untuk sebuah perjalanan selama sepuluh tahun
novel ini tergolong tipis. Terus, konflik berlapis yang dihadirkan membuat gue
merasa hidupnya Laura ini rumit banget. Lepas dari satu masalah masuk ke
masalah lain. Karakter Laura bisa saja menjadi gengges tapi syukurlah, gue
nggak merasa dia gengges. Gue cuma nggak dapet feel Niko. Entah karena mengenal dia sejak bocah SMA, atau dia too perfect, atau apa. Justru Luki yang
mencuri perhatian gue meski porsinya nggak sebesar Niko. Gue kecele dengan
Luki. Gue pikir dia ada hubungan spesial dengan Laura, ternyata hubungan mereka
hanya sebatas… ah sudahlah. Two thumbs up
untuk kejutan ini. sedang Niko? Hidupnya terlalu gampang. Permasalahn dengan
orangtuanya so cheesy. Meh, nggak ada
effortnya haha.
Namun Niko sedikit dimaafkan
berkat pilihan kerjanya. Perancang perhiasan alias ahli gemologi. Sebuah profesi
yang fresh dan belum pernah diangkat.
Mungkin next time ada novel yang jauh
lebih mengulas tentang profesi ini karena sepertinya seru.
Yang paling mengganggu adalah
ketidakjelasan di mana tokoh-tokoh ini tingga. Dooh! Apa susahnya sih nulis
Jakarta? Atau kota lain? Kasih gambaran yang jelas gitu. Nggak Cuma ditulis
kota kcil pinggiran berjarak 45 menit perjalanan naik bis ke sekolah, atau,
kota besar yang ada bandaranya, atau kota besar sejauh dua jam perjalanan
dengan pesawat dari kota kecil itu. Dooh! Gengges.
So far this novel is okay untuk mengisi waktu selama di perjalanan.
Apalagi kalau dibaca sambil ngopi, angin sepoi-sepoi dari jendela mobil yang
dibuka saat melaju di jalan tol yang kosong sehabis hujan. Manis.
Masih belum tergerak baca lini Amore nih
ReplyDelete