MetamorForLove

5 comments

Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah novel yang baru saja selesai saya baca.

Suatu hari, tertanda tanggal 02 Maret 2011, saya berkeliaran di sebuah toko buku di bilangan Depok. Niat awalnya hanya untuk pengusir capek, tapi seperti yang sudah-sudah, buku-buku disana tak bisa diabaikan begitu saja. Mereka seolah bertransformasi menjadi seorang pria bertubuh kekar berambut coklat dengan alis bertaut tepat di atas hidung mancung dengan bekas cukuran di rahang yang tegas –apa sih?- Ya, singkatnya begitulah. Buku-buku di sana terlalu tampan untuk diabaikan.

Dan kaki saya seolah tak bisa diajak berkompromi dengan dompet. Dengan kurang ajarnya dia melenggang ke rak novel. Sekuat apapun saya menolak melangkah ke sana, kaki saya juga semakin kuat menarik diri saya dan menghampiri novel-novel tersebut.

Saya pun pasrah.

Lalu mata saya tertumbuk pada sebuah novel. Nama Nicholas Sparks terpampang dengan pongahnya di sampul depan. The Choice, judulnya, tapi tak pernah ada pilihan untuk saya jika sudah menyangkut Mr. Sparks selain membelinya. Dengan menghela nafas saya menyambarnya dan memasukkannya ke dalam tas belanjaan.

Tanpa dinyana, sebuah novel bersampul simpel berwarna biru dengan gambar pohon rindang di tengahnya. Judulnya begitu menarik. I ordered my wife from the universe. Hmmm, judulnya begitu menjanjikan, dan yang terjadi setelahnya sesuai dugaan Anda, buku itu duduk dengan manisnya di dalam tas belanjaan.

Selanjutnya saya berkeliling. Sesekali menarik buku dari raknya, membaca sinopsisnya, menimbang sebentar lalu mengembalikannya ke rak semula. Buku itu pun cemberut karena tidak berhasil memenangkan hati saya. Hingga akhirnya saya menarik asal sebuah novel. Sampulnya –jujur- kurang menarik. Judulnya Metamorforlove. So cheesy, pikir saya. Tapi, tak ada salahnya kan membaca sinopsisnya dulu? Okelah, saya pun membaca bagian belakang. Tahu apa yang terjadi?

Dengan senyum merekah lebar saya memutuskan untuk membeli buku tersebut dan buku itulah yang saya baca pertama kali, mengalahkan Nicholas Sparks yang selalu membuat saya tak bisa tidur.

Alasannya sederhana sekali, karena dari sinopsisnya buku itu terlalu dekat dengan saya. Bahkan, setelah selesai membacanya, saya putuskan untuk menulis ini.

Pertama, inilah sampul bukunya.

Oke, mengapa saya merasa perlu menulis ini? Well, mari kita simak isi ceritanya. Novel ini berkisah tentang seorang perempuan di usia panik -27 tahun-, si bungsu yang selalu dimanjakan keluarganya. Dia bekerja sebagai jurnalis hiburan di sebuah tabloid mingguan di Semarang. Namanya Restu. Nah, si Restu ini berpendapoat bahwa pria seksi adalah pria yang berumur jauh lebih tua. Terlebih jika sudah menikah, wuidiiii makin seksi bo. Istilahnya, matang dalam kedewasaan, dewasa dalam kematangan.

Cukup sampai di sana tentu Anda –yang sudah mengenal saya tentunya- paham mengapa saya merasa begitu dekat dengan cerita tersebut.

Entah bagaimana awalnya saya terseret ke dalam lembah pecinta om-om –ingin rasanya menyalahkan @Ema_FitriaR hihi- dan saya setuju dengan Restu. Pria seksi adalah mereka yang matang dalam kedewasaan dan dewasa dalam kematangan.

Persamaan kedua, restu jatuh cinta pada seorang public figure. Memang, public figure yang matang –apalagi sudah menikah- terlihat semakin menggiurkan. Jika Anda mengenal saya tentu tahu siapa public figure yang telah mencuri hati dan akal sehat saya sejak kelas enam SD. Tak lain adalah denmas B, hihi.

Persamaan ketiga, pekerjaan. Restu adalah wartawan dan saya memiliki cita-cita besar ingin menjadi wartawan –lifestyle, amin-. Bedanya si Restu ini wartawan hiburan –bahasa kasarnya, wartawan infotainment-. Namun, di bagian ini ada yang tidak saya setuju. Di sini tertulis bahwasanya wartawan hiburan adalah bagian dari jurnalistik. Hellloooo!!!! Penulisnya pasti tidak pernah diajar –or at least bertemu- Awang Ruswandi, Zulhasril Nasir, Zulkarimen Nasution, Masmimar Mangiang, Ade Armando dan para sesepuh jurnalisme lainnya sehingga berani memasukkan ‘wartawan hiburan’ ke dalam ranah jurnalisme. Infotainment BUKAN bagian dari jurnalisme. Mereka anak haram jurnalisme, atau yang lebih sopannya saya meminjam istilah Bang Ade, infotainment bolehlah dikatakan sebagai jurnalisme tapi mereka hanyalah anak durhaka yang sudah baik dibawa masuk ke tengah keluarga besar tapi malah bertingkah kurang ajar dan tidak tahu diri dengan mencoreng muka jurnalisme-. Bolehlah mereka bersenang hati menjadi bagian dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) tapi lihat lagi akarnya. Ilham Bintang, salah satu petinggi PWI, adalah raja infotainment, ya jelaslah dia memasukkan bisnisnya itu ke dalam PWI. Intinya, saya tidak setuju wartawan hiburan menjadi bagian jurnalisme, wong cara-cara yang mereka pakai jelas-jelas melanggar Kaidah Jurnalistik dan Kode Etik jurnalistik (KEJ). Dari ke-sebelas pasal KEJ, ada berapa coba yang mereka langgar? Dan saya juga curiga para pekerja infotainment itu tidak mengenal Bill Kovach.

Uppsss, kok malah keluar konteks ya? Ah sudahlah, sekalian saya mengeluarkan uneg-uneg. Abisnya kesel. Empat tahun kuliah di jurnalistik dan belajar apa itu jurnalis yang baik dan seharusnya dari mereka, para pakar yang mengagung-agungkan jurnalisme yang sebenarnya, tapi dalam kenyataannya yang saya lihat justru berbeda. Bahkan ya, istilah infotainment itu sendiri sudah salah kaprah. Infotainment –information entertainment-, sebuah informasi yang disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Talk show, entertainment journalism adalah bagian dari infotainment. Namun yang ada sekarang, infotainment adalah informasi seputar mereka yang berada di dunia entertainment.

Ah sudahlah uneg-unegnya. Terakhir, saya sarankan para pekerja media untuk belajar Kapita Selekta Jurnalisme saja, haha. (Say hi to #jurnal07).

Balik lagi ke novel Metamorforlove. Persamaan keempat adalah, status dalam keluarga. Saya dan Restu sama-sama anak bungsu dan l;ahir serta tumbuh besar di tengah keluarga yang begitu memanjakan. Di usia yang sudah menginjak kepala dua, saya masih saja diperlakukan seperti anak yang baru menginjak bangku SMP. Sesekali saya senang, tapi ada kalanya saya ingin diperlakukan sesuai usia yang sebenarnya. Pertanyaan yang mengusik saya adalah: siapkah saya keluar dari kepompong yang selama ini mengungkung saya dan bertransformasi menjadi kupu-kupu yang terbang dengan sayapnya sendiri? Mandiri? Mungkin saya bisa bilang kalau saya sudah siap, tapi apakah keluarga saya juga berpendapat sama? Saya ingin lepas dari kepompong ini, tapi apakah diizinkan?

Pfiuhhhh, betapa sebuah novel chicklit sederhana –yang bagi sebagian orang dianggap so cheesy- bisa menimbulkan banyak pemikiran, entah itu yang serius atau hanya sekedar pikiran iseng saja.

Akhir kata, saya bisa memberi penilaian 7,5 dari skala 10 bagi novel ini. Saya merekomendasikan novel ini kepada kalian anggota geng pecinta om-om (@Ema_FitriaR, @seeta_lescha, @Tyarabuffon, @rhararar, @rii16 dll, hihi).

So, sudah siapkah Anda keluar dari kepompong dan bertransformasi menjadi kupu-kupu? Ah, ingin rasanya menulis tentang dunia jurnalistik (tag #jurnal07) #randomthing


love,

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

5 comments

  1. whatdehell gw dibilang pecinta om2? kan gw ga se-freak lo, ema, dll...

    tapi gw suka cara lo 'ngebanting' infotainment! emang tuh anak durhaka hahaha

    ReplyDelete
  2. @Leschung: itu si om 30n itu apanya yg bukan om2 hah? Slyyyyyyyy chung, hehe

    @fajar: ayo sini ambil ke depok

    ReplyDelete
  3. Senang membaca "pengalaman membaca" novel metamorforlove ini. Lam kenal ya...

    ReplyDelete
  4. Hei just realize that there's my name on it, haha..
    Sorry for the late ya, If, gw baru sempet baca blog lo lg nih, baru ada waktu luang, hehe..

    Ngga cuma jurnal sih yg tau soal infotainment, all kom jg pasti tau, secara yaa Bang Ade eksis di semua Kom :D

    Anyway, boleh tuh dipinjem, hehe.. Walaupun yg cocok di gw cuma bagian "pecinta om2"-nya doang. Tp ada yg ngga If, I don't like someone's husband, hunny.. :p
    Eh tp sbnrnya, gw tuh ngga pecinta om2 bgt, tp semenjak lo bilang 30-something itu masuk kategori om2, so gw ga bisa bilang apa2 lg, secara cowok gw umurnya 32 *upss* hahahaha..

    oke fine, gw pecinta om2 *pasrah*

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig