Sejujurnya agak lupa gimana ceritanya sampai akhirnya
nyemplung di Wattpad. Namun yang saya ingat, semua bermula dari obrolan di grup
WhatsApp bersama teman-teman yang kebetulan memang suka menulis.
Mungkin berawal dari keprihatinan banyaknya novel di
toko buku dengan embel-embel ‘sudah dibaca sekian juta kali di Wattpad’ tapi
seringkali embel-embel tersebut hanya sebatas gimmick saja, mengingat ceritanya bisa membuat kita mengernyitkan
dahi.
Anyway,
entah siapa yang memutuskan sehingga saya dan teman-teman membuat akun di
Wattpad. Ada yang tumbang, dan saya pun hampir tumbang.
Menulis Tanpa
Tendensi Apa-Apa
Saya suka menulis, tapi kapan terakhir kali saya
menyelesaikan menulis sebuah novel? It’s a looong time ago. Mungkin sekitar
2014, karena setelah itu, saya tidak lagi ingat pernah selesai menuliskan novel
sendiri (kalau novel duet kayaknya ada di 2015). Jadi, kenapa tidak
memanfaatkan momen ini sebagai ajang untuk membangkitkan kembali hasrat
menulis?
Kadang, melakukan sesuatu tanpa tujuan tertentu atau
tenggat tertentu memang bikin kita lebih enjoy.
Itulah yang saya alami selama menulis di Wattpad.
Ide cerita ini muncul begitu saja, bahkan saya tidak
tahu akan membawa cerita ini ke mana. Yang saya tahu, saya hanya ingin menulis
seorang cewek yang pesimis sama cinta dan menikmati hidupnya karena baggage
issue yang dimiliki. Lalu ada pria yang kurang lebih sama. Ya, saya memang suka
dengan tokoh pesakitan seperti ini. Entah kenapa, membuat karakter dengan masa
lalu kelam jauh lebih menantang sekaligus menyenangkan.
Dan saya pun mempertemukan mereka di tempat favorit
saya, bandara.
Selanjutnya? Jujur,saya tidak punya gambaran apa-apa.
Bikin Ala-Ala Wattpad
Salah satu topik bahasan di grup kami itu adalah
tipikal cerita Wattpad. Yup, some jerk CEO with innocent maid. Kasarnya seperti
itu, karena cerita yang banyak beredar adalah cowok super tajir super seksi
super segala-galanya dan cewek super biasa-biasa saja. Tambahkan si cowok juga galak,
dan si cewek innocent serta clueless. Lalu mereka saling tertarik.
“Jangan lupa adegan enak-enak.” Ini kata salah satu
teman saya.
Tahu maksudnya? Yup, mungkin Wattpad menjadi salah
satu tempat untuk menyalurkan rasa ingin tahu terhadap seks sehingga cerita
yang mengandung adegan seks selalu meraih hits tinggi. Jangan bayangkan seks
manis seperti Rachel Gibson, karena kebanyakan ceritanya adalah adegan seks
yang bikin siapa saja mengerutkan kening saking enggak masuk akalnya.
Berangkat dari hal itu, saya pun tertantang untuk
menulis di sana. Dengan nama pena yang hanya diketahui segelintir orang, tanpa
promosi apa-apa, karena saya ingin tahu, sejauh mana sebuah cerita bisa
menjangkau pembaca.
Namun akhirnya saya tidak bisa membohongi hati nurani.
Damsel in distress is not my kind of girl. Cowok super juga tidak sesuai dengan
akal sehat saya. Sehingga pada akhirnya saya tetap menulis karakter sesuai
dengan yang saya inginkan.
Fairy tale juga bukan lahan saya, sehingga akhirnya
saya pun menghadirkan cerita yang realistis. Meski tentu saja, dramanya tetap
ada.
Sempat Tertunda, Akhirnya Selesai
Saya memulai menulis cerita ini di Maret 2017. Sempat
terhenti sebelum mulai lagi di Juni. Terhenti lagi dan baru rutin kembali di
November – Desember 2017.
Bisa saja cerita ini mengalami nasib yang sama dengan
cerita selanjutnya, terabaikan begitu saja di laptop tanpa diselesaikan. Namun,
pengalaman di Wattpad memecut semangat saya hingga akhirnya cerita ini selesai
di Februari 2018. Hampir satu tahun. Memang, itu waktu yang lama, tapi saya
senang karena berhasil mengalahkan rasa malas dan akhirnya ada juga novel yang
berhasil saya selesaikan.
Selama ini, ada dua pihak yang sangat demanding
menurut saya, yaitu pacar dan bos. Namun setelah berkecimpung di Wattpad, saya
menemukan pihak ketiga yang demanding-nya jauh melebihi pacar dan bos: pembaca
Wattpad.
Yup, mereka sangat antusias. Mereka tidak ragu
memberikan upvote dan meninggalkan komentar. Sehingga saya bisa langsung
mengetahui feedback-nya. Merekalah yang akhirnya melecut semangat saya untuk
melanjutkan menulis. Karena tidak update dua hari saja, selalu ditanyain terus
menerus.
Interaksi timbal balik seperti inilah yang membuat
engagement antara penulis, karakter, dan pembaca jadi satu kesatuan yang kuat.
Sekarang saya tidak heran kenapa bisa banyak novel dari Wattpad di toko buku,
karena pembacanya yang setia. Mereka mengikuti dari awal, meninggalkan
komentar, mengingatkan jika salah, bertanya jika ada yang mengganjal, sehingga
kamu bisa langsung memperbaikinya di bab selanjutnya. Dan jujur, ini adalah
pengalaman yang menyenangkan untuk saya.
Penulis dan pembaca tumbuh bersama karakternya. Mereka
tidak perlu tahu siapa di balik cerita itu, selama ceritanya mereka suka dan
bisa diterima, itu sudah cukup. Bisakah kita memasukkan ini ke dalam kriteria
brandless yang menurut survei akhir-akhir ini akan semakin menjamur?
Orang-orang tidak lagi fokus mengomsumsi sesuatu karena brand, melainkan
mencari apa yang mereka butuhkan. Mungkin, jika penulis sekaliber Ika Natassa menulis
di Wattpad, dalam sehari dia bisa meraup jutaan pembaca. Namun, penulis tanpa
nama pun bisa merasakan bukunya dibaca jutaan orang selama cerita itu sesuai
dengan yang diinginkan pasar.
Sedikit Keprihatinan
Saya hanya mengamati sedikit, membuka beberapa judul
yang muncul sebagai rekomendasi. Beberapa lumayan menyenangkan, tapi ada
beberapa cerita di Wattpad yang menjadi concern saya. Terlebih jika cerita ini
dibaca oleh remaja—hell, bahkan ada yang ditulis oleh remaja. Saya rasa, butuh
regulasi yang lebih ketat dari pihak Wattpad untuk menyortir cerita yang layak
tayang, meski ini takes time dan takes effort banget.
Juga, mungkin regulasi untuk pembaca novel di kategori
dewasa, harus diberikan batasan umur, karena jika dibiarkan, ini bisa
menyesatkan.
Menurut sepengamatan saya, berikut beberapa tema yang
menjadi concern saya (suatu hari nanti list ini bisa di-update).
1.
Cerita seks untuk anak sekolah. Beberapa kali
saya menemukan cerita remaja dengan tokoh yang sangat wild dan doyan seks. Dek,
I will tell you this, sex is not like that. Serius, karena ketika kamu ada di
usia dewasa dan membaca cerita ini, akan merasa cringey. Dan parahnya, ini
lama-lama bisa membentuk pola pikir yang salah di kalangan remaja. (akan saya
update jika menemukan lagi judul dengan cerita seperti ini)
2.
Straight of pedophilia. Or something like that.
Tokoh cowok berumur itu jadi salah satu makanan yang menggiurkan di Wattpad.
Tokoh om-om hot dengan duit segudang. Dan ceweknya? Ada satu cerita si cowok
40-an dijodohkan dengan anak SMA 17 tahun. What the hell is this? It’s not
romantic, it’s sick. Saya meninggalkan komentar di sana, tapi sepertinya
komentar itu dihapus oleh si penulis. So, siapapun yang kebetulan membaca
postingan saya ini dan pembaca Wattpad, saya harap kita lebih bijak dan lebih
cerdas dalam memilah bacaan.
3.
Damsel in distress dan lelaki berkuasa. Yeah
right, makanan menggiurkan lainnya. Seringkali karakter cewek dihadirkan lemah
dan membutuhkan pertolongan si cowok. Atau si cewek yang pasrah tidak bisa
melakukan apa-apa, sementara si cowok berbas berlaku seenaknya dan pada
akhirnya mereka jatuh cinta. Iya kalau plotnya masuk akal dan penulisnya oke
sehingga masih bisa lumayan enjoy bacanya, tapi ini enggak.
Lagipula, sudah saatnya kita berhenti menulis cerita cewek pasrah dan cowok berkuasa karena secara tidak langsung itu bisa melanggengkan patriarki. Yup, ketika si cewek enggak bisa apa-apa dan si cowok mengontrol sepenuhnya. Ingat, itu bukan cinta, karena cinta itu equal, enggak mengenal si superior dan si inferior.
Ada salah satu pembaca
saya yang meninggalkan komentar: heran, deh, kok cerita bagus dan rapi kayak
gini enggak naik trus yang naik malah yang biasa aja? Dek, I’ll tell you this:
you can stop it. Kalau kamu enggak mau cerita yang seperti itu jadi hits,
berhenti membacanya. Ada banyak cerita di sana, jangan ragu untuk membuka judul
apapun dan memilih yang sesuai dengan akal sehatmu.
4.
Adegan yang tidak masuk akal. For the sake of
they have to having sex or they have to do some romantic things and so on.
Sehingga semua nalar diabaikan. Sehingga semua ketentuan menulis dinomorduakan.
Jadinya? Ceritanya cringey banget dan bikin ngakak. Bukannya bermaksud
ngetawain, tapi saya juga mengerti Wattpad ini ajang latihan. Namun, harusnya
ada dong pertimbangan-pertimbangan penting yang harus diperhatikan?
Memang, tidak semua novel Wattpad itu jelek, karena
bagi saya tidak ada novel yang jelek. Yang ada hanya novel yang ditulis dengan
teknik yang kurang tepat sehingga unsur penting dalam novel tidak terpenuhi.
Saya pun menemukan novel Wattpad yang menarik.
Beberapa sudah dibukukan, seperti Resign (saya akan menulis reviewnya setelah
ini).
Kapok?
Jawabannya, tidak. Malah sebaliknya, saya semakin
bersemangat. Wattpad secara tidak langsung sudah mengembalikan saya kepada
cinta lama, yaitu menulis. Dan saya akan terus menulis.
Oh, mungkin cerita ini sebaiknya kita kirimkan ke
penerbit? Why not?
PS: Untuk yang bertanya akun Wattpad saya, jawabannya
rahasia, he-he. Biarlah itu menjadi alter ego saya saja.
0 Comments:
Post a Comment