PS:
Tulisan ke-12 dalam rangka 30 stories 30 days
Tema
oleh: Ira Ratna Juwita
Really, Ira? I have to
write about it? LOL
Alright, he’s just not that
into you.
Ngomong-ngomong soal frasa ini, enggak bisa dipisahkan dari sebuah film komedi
romantis yang tayang tahun 2009 dan dibintangi oleh A-list Hollywood Actor such as Ben Affleck, Drew Barrymore, Jennifer
Anniston, Jennifer Connelly, Bradley Cooper, Ginnifer Goodwyn and many more.
Tokoh
utama di film ini, Gigi, digambarkan sebagai seseorang yang suka salah paham
dalam mengartikan sikap seorang cowok terhadap dirinya. Gigi diceritakan selalu
menganggap tindakan cowok yang dekat dengannya in a romantic way dan kecewa ketika cowok itu tidak menghubunginya
lagi.
Kalau
dalam Bahasa Indonesia, Gigi merasa di-PHP.
PHP, Terlalu Mudah
Diucapkan
Setiap
hari, saya sering berhadapan dengan remaja, baik secara langsung atau tidak
langsung. That’s part of my job. Salah
satu isu yang tidak pernah habis dibahas adalah cowok PHP. Tanda-tanda cowok
PHP, gimana biar enggak jadi korban PHP cowok, move on setelah di-PHP, dan sebagainya. Tema ini selalu dibaca, dan
membuat saya juga teman-teman redaksi lain berpikir, apa iya sebanyak itu cewek
yang di-PHP?
Atau
jangan-jangan kita seperti Gigi. Tidak bisa me-manage perasaan dan menganggap sikap lawan jenis in a romantic way.
Saya
sering ngobrol dengan anak-anak usia SMA dan kuliah awal. Tema ini sempat jadi
bahan diskusi yang seru. Dan saya bisa menyimpulkan kenapa banyak yang merasa
di-PHP, itu karena umumnya tidak bisa me-manage
perasaan. Enggak hanya cewek sih, karena cowok juga demikian. Mereka seringkali
terlibat dalam kesalahpahaman ini karena tidak bisa me-manage perasaan. Sehingga, perlakuan sederhana dari lawan jenis
bisa membentuk ekspektasi dan akhirnya ketika ekspektasi itu tidak sesuai
dengan kenyataan, harapan kita dipatahkan.
I assume that we are Gigi
in real life.
I’ve been there before. Terlebih kalau sebelumnya
perasaan sudah ada, jadi perlakuan ramah yang sangat sederhana saja bisa
membuat saya berbunga-bunga. Di benak saya terbentuk sebuah khayalan indah dan
ketika keesokan harinya kenyataan tidak seindah khayalan, maka saya akan merasa
kecewa. Dengan gampangnya menyemburkan kata-kata PHP. Padahal kalau
dipikir-pikir, bisa saja si cowok tidak berpikir in a romantic way.
Don’t Blame Yourself or
Him
Dari
artikel yang di-publish di Huffington Post ini, pertanyaan pentingnya ada dua. Kita—ya,
saya bicara sebagai cewek dan buat cowok-cowok, feel free to contact me if you have other opinion and the we’ll discuss
it later—seringkali langsung menyalahkan cowok atau malah menyalahkan diri
sendiri.
Oke,
kita break down masing-masing ya.
Menyalahkan
si cowok. Sedikit banyak saya setuju dengan artikel di Huffington Post ini. Sebuah
perasaan yang alami jika kita takut menerima penolakan. Sehingga, jika date enggak berjalan sesuai harapan,
hati kita langsung merasa defensif terhadap sebuah penolakan. Sehingga kita
dengan gampang bilang, ‘ugh, dasar PHP.’ Saya pribadi tentunya tidak imun
dengan penolakan ini. Jika menghadapinya, saya sendiri juga langsung bersikap defensif
dan mencari kambing hitam. But now I don’t
think so. Okay, it’s hard to accept rejection but in real life we had to face
it. So, I think it’s time for me to learn that rejection is not always means a
bad thing. Dua sisi mata uang itu pasti ada benarnya.
Yang
kedua, menyalahkan diri sendiri. Because
he’s just not that into me so it means there’s something wrong with me. I’m
strongly against it. Karena kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk
menyukai kita, dan jika seseorang merasa tidak ‘feel connected’ bukan berarti ada yang salah dengan diri kita. Hanya
chemistry itu yang tidak ada.
Termasuk
tidak mengubah diri agar menjadi sosok lain dengan harapan dia akan suka. Kalau
dia beneran suka pada akhirnya, yang dia suka adalah persona yang kita buat,
bukan diri kita yang sebenarnya.
Jadi,
jika seseorang enggak membalas perasaan kita, it’s okay. Karena kita juga tidak punya kewajiban kan untuk
membalas perasaan semua orang?
Lalu,
bagaimana jika kita merasa ragu dengan perasaannya, alias menerka-nerka dia
sebenarnya suka atau enggak ya?
Meminjam
quotes di Huffington Post. “If a guy is interested, you will know,
there is no second guessing. If you have to second guest, then he is not
interested.”
So, What’s Next?
Once in our life, saya rasa kita harus
merasakan pengalaman ini. Ya, setidaknya satu kali. Sehingga kita bisa belajar
dari pengalaman ini. Termasuk, belajar me-manage
perasaan untuk tidak gampang terpengaruh oleh orang lain.
Namun
yang lebih penting adalah belajar untuk menerima diri kita seutuhnya. Ya, dia
enggak tertarik, so what? Enggak ada
yang salah dengan hal ini. Yang penting menurut saya adalah we do our best and make the best version of
us. Untuk diri kita sendiri.
And if he’s just not that
into you, it’s okay, because there are plenty of fish in the sea.
XOXO,
Iif
Ira:
“He’s just not that into you. Karena kadang
cewek kegeeran dan merasa kalau ada cowok deketin dia padahal mungkin itu hanya
fatamorgana karena kitanya ngarep. Ya efek habis nonton, sih. Hmm… perna juga
sih ngalain, hehehe.”
Ira, one of my closest
friend since ten years ago. Everytime we met, we always talk about guy, back in
college days or now. Actually, I like to hear about your love story because it’s
full of drama, he-he. Spending time with her after a long and tired day is
always fun. Let’s meet up regularly, Bubos.
0 Comments:
Post a Comment