Chasing Daisy
Paige Toon
Daisy bekerja
sebagai in-front-house girl alias di
bagian hospitality yang ngurusin catering dan makannya sebuah tim F1. Atau
istilahnya bun tart. Karena pekerjaannya
ini, Daisy bisa keliling dunia, ke negara tempat racing sedang berlangsung. Enggak ada yang tahu kalau sebenarnya
Daisy ini anak orang kaya terkenal gitu, deh, di Amrik.
Karena pekerjaanya
juga Daisy berkenalan dengan Will, salah seorang racer. Dan Luis Castro, second
racer di tim itu yang dijuluki si anak ajaib karena di tahun pertamanya tampil
di F1 udah memukau.
Daisy diam-diam
mencintai Will. Seiring perjalanan waktu, Will juga menyukai dia. Mereka
pacaran diam-diam karena Will udah punya pacar, Sarah, dan seluruh dunia tahu
soal pasangan ini. Di sisi lain, Daisy terlibat hubungan
benci-benci-butuh-tapi-lama-lama-cinta pada Luis.
Gue termasuk
lama membaca novel ini. Setahunan ada kali. Awalnya karena pengin menulis novel
Do Rio Com Amor (novel keduaku *pamer dikit*) yang setting Brazil, jadilah aku nyari-nyari novel setting Brazil dan nyasar ke sini. Langsung semangat karena background-nya balap, salah satu hal
yang aku suka juga. Sayangnya, ketika baca novel ini sering ke-distract novel lain sehingga baru bisa
diselesaikan sekarang.
Oke, satu
hal yang bikin lama baca novel ini mungkin karena minim deskripsi dan
kebanyakan dialog. Termasuk dialog yang sebenarnya enggak penting. Makanya,
jadi rada malas di awal-awal. Tapi, makin ke tengah jalan ceritanya makin seru
sehingga enggak bisa berhenti baca.
Di balik
kelemahan di atas, kekuatan utama di novel ini terletak di twist di tengah cerita. Kirain cuma George RR Martin yang berani
membunuh karakter utama di tengah cerita. Paige juga termasuk berani membunuh
tokoh utama. Yup, adegan meninggalnya Will di tengah cerita itu sukses bikin
kaget. Two thumbs up buat Paige yang
menyajikan realita dunia balap. Di mana ada ajal menunggu di setiap tikungan. Scene ini benar-benar mengingatkan kita
untuk cherish every moment. Karena hal
yang kita suka, bisa saja membunuh kita. Seperti Will yang cinta mati sama
balap dan meninggal ketika melakukan hal yang dicintainya itu.
Maybe it’s a coincidence. Ketika baca scene ini, saat itu lagi nonton MotoGP dan Marc Marquez jatoh. Saat
itu lagi tanding di sirkuit Simoncelli. Pembalap yang meninggal di sirkuit. Dan
seminggu sebelumnya abis nonton Rush,
film biopic tentang Niki Lauda yang
kecelakaan di sirkuit. Jadi, rasanya tambah lebih ngilu saat baca novel ini.
Novel ini
bisa dibilang terbagi ke dua part. Part pertama Daisy-Will yang berakhir di
meninggalnya Will. Part kedua dimulai
di masa mengasingkan dirinya Daisy lalu perlahan dekat dengan Luis yang
sama-sama berbagi duka.
Oh ya,
sedikit komentar juga. Novel ini pacing-nya
kurang teratur. Di awal sampai ¼ akhir itu lamaaa banget. Santai bangetlah. Trus
¼ akhir berasa diburu-buru, serba cepat.
Terus,
pujian juga untuk Paige yang berhasil menyajikan apa yang ada di balik dunia
balap. Seru, euy. Jadi kepengin kerja sebagai bun tart juga biar bisa keliling dunia. Biar kata cuma jadi
pelayan, enggak apa-apalah, selama bisa nonton balap di garage dan hangout sama
pembalap. Oh my God. This is the
glamorous job I’ve ever known.
Salah satu
efek nyata abis baca novel ini, jadi ingat satu isi bucketlist aku. Nonton F1 live.
Nyesek, sih, waktu ke Abu Dhabi kemarin lagi enggak ada jadwal balap, jadinya cuma
bisa foto depan sirkuit kosong doang. Mungkin, F1 Singapore masih bisa
dijangkau, ya. Someday, if, Someday
(kebanyakan bucketlist sik haha).
Twistnya keterlaluan, saya jadi pengen baca, belum pernah ketemu ada yang ngebunuh karakter di tengah-tengah kecuali charles dickens yang suka banget ngebunuh satu karakter di ceritanya :D
ReplyDelete