The Duff
Kody Keplinger
DUFF. Designated.
Ugly. Fat. Friend.
Dalam
sebuah lingkup pertemanan, pasti ada satu ornag yang biasa aja, unattractive, enggak menarik, dan
jomplang banget dibanding teman-temannya yang lain. Duff ini sering jadi
pijakan buat ngedeketin temen yang cantik/ganteng.
Itulah
definisi Duff menurut Wesley.
Bianca
enggak pernah tahu tentang label yang diberikan ke setiap teman-temannya,
termasuk dirinya. Sampai ketika Wesley ngedeketin dirinya di The Nest dan
menyebut dirinya Duff. Bianca melihat temannya, Jessica dan Casey yang cantik
dan seksi. Beda bangetlah sama dirinya.
Sejak
saat itu, Bianca merasa minder karena dia Duff.
Apalagi
label itu diberikan oleh cowok yang paling dibencinya, Wesley. A playboy. A man-whore. Cowok yang
enggak pernah terlihat tanpa cewek. Tapi, suatu hari, Bianca mencium Wesley
untuk mengusir pemikiran buruknya karena hidupnya yang bermasalah. Ciuman berujung
ke have sex. Sampai akhirnya Bianca
menemukan pelarian sementara dari masalahnya, Wesley.
Namun,
yang terjadi adalah munculnya masalah baru.
Oke,
gue telaaat banget baru baca buku ini sekarang.
Pertanyaan
pertama yang terlintas di pikiran gue adalah: man, gue lagi baca young adult apa Rachel Gibson, sik?
Karena
ada banyaaak banget adegan having sex.
Dan, ini tuh novel young adult, lho.
Murid SMA. Oh my…
Tapi,
terlepas dari semua itu, gue suka novel ini. Pertama, ide labeling. Telisik punya telisik, ide Duff berasal dari si penulis
yang waktu sekolah adalah Duff. Jadi, dia kepengin menulis novel tentang Duff,
sosok yang sering dilupakan karena ada sosok sempurna di dekatnya. Dalam kehidupan
nyata, tentunya kita sering bertemu Duff ini. atau malah kita sendiri yang
Duff?
Bisa
jadi.
Namun,
gue sedikit kecewa. Ekspektasi gue, novel ini akan membahas tentang Duff dan
gimana si Duff ini struggling di
kehidupan remaja yang penuh labeling.
Namun realitanya, novel ini bercerita tentang Bianca yang bingung sama
masalahnya dan memilih pelarian berupa cowok. Enggak ada efek dari labeling atau bullying yang gue pikir bakal ada di cerita ini. Tapi, ini enggak
ngurangin keasyikan pas baca, kok.
Gue
suka interaksi antar tokoh. Bianca dan teman-temannya, Jessica dan Casey. Persahabatan
yang tulus. Gue suka cara Kody menuliskan dinamika persahabatan mereka yang
naik turun. Gue juga suka hubungan Bianca dan Wesley. Manis-manis lucu, hi-hi.
Ini
juga jadi bukti kalau novel yang seru itu enggak mesti penuh konflik lebay dan
tokoh-tokoh lebay. Apalagi untuk young adult. Tokoh-tokoh yang biasa dan
membumi, dengan konflik sederhana tapi dalam, dan dikemas dengan cara menulis
yang bagus, hasilnya bisa luar biasa.
Duff
ini sudah diangkat jadi film yang bentar lagi tayang. Untuuung aja gue bacanya
sebelum lihat traillernya karena gue enggak suka dengan yang jadi Wesley, haha.
Jadi, ketika baca, imajinasi gue soal Wesley enggak keganggu, deh. Dan satu
lagi, gue kok curiganya filmnya dibikin jadi dramatis karena ada sosok Madison
(Bella Thorne) yang di trailer bicthy
banget. seingat gue, sosok Madison ini enggak ada (please correct me if I’m wrong).
And now, I’m
officially a Kody Keplinger’s fans. Looking forward to read her another book.
0 Comments:
Post a Comment