#4 The Duff - Kody Keplinger

Leave a Comment
The Duff
Kody Keplinger



DUFF. Designated. Ugly. Fat. Friend.
Dalam sebuah lingkup pertemanan, pasti ada satu ornag yang biasa aja, unattractive, enggak menarik, dan jomplang banget dibanding teman-temannya yang lain. Duff ini sering jadi pijakan buat ngedeketin temen yang cantik/ganteng.
Itulah definisi Duff menurut Wesley.
Bianca enggak pernah tahu tentang label yang diberikan ke setiap teman-temannya, termasuk dirinya. Sampai ketika Wesley ngedeketin dirinya di The Nest dan menyebut dirinya Duff. Bianca melihat temannya, Jessica dan Casey yang cantik dan seksi. Beda bangetlah sama dirinya.
Sejak saat itu, Bianca merasa minder karena dia Duff.
Apalagi label itu diberikan oleh cowok yang paling dibencinya, Wesley. A playboy. A man-whore. Cowok yang enggak pernah terlihat tanpa cewek. Tapi, suatu hari, Bianca mencium Wesley untuk mengusir pemikiran buruknya karena hidupnya yang bermasalah. Ciuman berujung ke have sex. Sampai akhirnya Bianca menemukan pelarian sementara dari masalahnya, Wesley.
Namun, yang terjadi adalah munculnya masalah baru.
Oke, gue telaaat banget baru baca buku ini sekarang.
Pertanyaan pertama yang terlintas di pikiran gue adalah: man, gue lagi baca young adult apa Rachel Gibson, sik?
Karena ada banyaaak banget adegan having sex. Dan, ini tuh novel young adult, lho. Murid SMA. Oh my…
Tapi, terlepas dari semua itu, gue suka novel ini. Pertama, ide labeling. Telisik punya telisik, ide Duff berasal dari si penulis yang waktu sekolah adalah Duff. Jadi, dia kepengin menulis novel tentang Duff, sosok yang sering dilupakan karena ada sosok sempurna di dekatnya. Dalam kehidupan nyata, tentunya kita sering bertemu Duff ini. atau malah kita sendiri yang Duff?
Bisa jadi.
Namun, gue sedikit kecewa. Ekspektasi gue, novel ini akan membahas tentang Duff dan gimana si Duff ini struggling di kehidupan remaja yang penuh labeling. Namun realitanya, novel ini bercerita tentang Bianca yang bingung sama masalahnya dan memilih pelarian berupa cowok. Enggak ada efek dari labeling atau bullying yang gue pikir bakal ada di cerita ini. Tapi, ini enggak ngurangin keasyikan pas baca, kok.
Gue suka interaksi antar tokoh. Bianca dan teman-temannya, Jessica dan Casey. Persahabatan yang tulus. Gue suka cara Kody menuliskan dinamika persahabatan mereka yang naik turun. Gue juga suka hubungan Bianca dan Wesley. Manis-manis lucu, hi-hi.
Ini juga jadi bukti kalau novel yang seru itu enggak mesti penuh konflik lebay dan tokoh-tokoh lebay. Apalagi untuk young adult. Tokoh-tokoh yang biasa dan membumi, dengan konflik sederhana tapi dalam, dan dikemas dengan cara menulis yang bagus, hasilnya bisa luar biasa.
Duff ini sudah diangkat jadi film yang bentar lagi tayang. Untuuung aja gue bacanya sebelum lihat traillernya karena gue enggak suka dengan yang jadi Wesley, haha. Jadi, ketika baca, imajinasi gue soal Wesley enggak keganggu, deh. Dan satu lagi, gue kok curiganya filmnya dibikin jadi dramatis karena ada sosok Madison (Bella Thorne) yang di trailer bicthy banget. seingat gue, sosok Madison ini enggak ada (please correct me if I’m wrong).

And now, I’m officially a Kody Keplinger’s fans. Looking forward to read her another book.
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig