Audrey, Wait!
Robin Benway
Audrey
enggak pernah menyangka kalau putus dari Evan akan bikin dia terkenal. Terkenal
di sini enggak hanya di sekolah, atau di kotanya, tapi di seluruh dunia. Yah,
setidaknya di setiap sudut di dunia yang bisa menonton MTV dan ngecek internet.
Semua karena Evan membuat lagu tentang Audrey yang mutusin dia dan seketika dia
dilirik seorang produser dan bandnya jadi terkenal. Begitu juga lagu Audrey,
Wait!
Akibatnya,
Audrey ikut-ikutan terkenal. Ada yang jadi fans dia, ada juga yang jadi haters. Sampai-sampai banyak wartawan
yang menelepon ke rumahnya, fans yang datang ke sekolah, dan paparazzi yang
ngikutin Audrey waktu nge-date sama
James. Belum lagi setelah itu dia datang ke konser the Lolita dan vokalisnya
ngedeketin Audrey. Akhirnya, keadaan tambah parah ketika Simon Lolita berharap
Audrey bisa menginspirasi dia plus manajer Lolita yang diam-diam ngerekam
mereka pas lagi make out.
Bagi
Audrey, sebuah lagu mengubah kehidupannya jadi sangat drastis. Namun, dia masih
berusaha—atau setidaknya berharap hidupnya bisa kembali normal.
Mungkin,
perasaan Audrey sama dengan perasaan yang dialami mantan-mantannya Taylor
Swift, he-he.
Gue
ngebayangin Do Gooders ini kayak 5 Seconds of Summer, band anak muda yang
mendadak terkenal. Bayangin kalau Ashton atau Luke bikin lagu tentang pacar
mereka, dengan nama si mantan sebagai judul, maka seperti itulah Audrey, Wait!
I love this novel. Meski sebenarnya
agak lebay, sih, mengingat Audrey ini enggak ngapa-ngapain dan enggak ada andil
apa-apa dalam terkenalnya Do Gooders. Selain fakta Evan minjem nama dia. That’s it. Lagipula, nama Audrey ini
nama yang umumlah di Amerika, jadi ya enggak semasuk akal itu jika Audrey jadi
terkenal banget. Dan ada banyak fans. Akan lebih masuk akal jika Audrey punya
banyak haters yang tentunya berasal
dari fans Do Gooders, terutama Evan. Tapi kalau fans? Hmm… enggak make sense. Mereka bilang terinspirasi
dari Audrey? Hmm…. Audrey enggak ngapa-ngapain, cuma mutusin Evan. Jadi, kenapa
bisa terinspirasi?
Awalnya,
gue suka tokoh Audrey. Tapi lama-lama ini anak jadi gengges. Sibuk sendiri sama
pikirannya yang diada-adain. Gimana dia pusiiiing banget mikirin pendapat orang
lain tentang dia, padahal sebenarnya ngapain juga dipikirin? Gue suka dengan
sahabat Audrey, Victoria. Mungkin Victoria terlihat seperti seorang teman yang
berusaha memanfaatkan kesempatan. Tapi, Victoria Cuma berusaha untuk menikmati
keadaan. Ucapannya yang bilang kalau Audrey jadi egois, self-sentris, dan
mencoba untuk membuat semuanya kembali normal itu benar. Kenapa pula Audrey
enggak mencoba untuk menerima kenyataan?
Intinya,
sih, accepting.
Se-suck apa pun kenyataan, satu-satunya
cara yang bisa kita lakukan toh cuma menerima, kan? Berdamai dengan kenyataan. Bukannya
memusuhinya atau mencoba mengingkari kenyataan. Ujung-ujungnya pasti bakal
bikin capek sendiri, seperti Audrey.
Ini,
sih, inti paling penting yang gue tangkap dari novel ini. Menerima kenyataan
dan mencoba berdamai, meski itu susah. Untunglah di akhir Audrey menerimanya.
Untuk
hero, James lumayan ngegemesin, sih. James
ini sama seperti Victoria, antitesisnya Audrey. Bedanya, jika Victoria mencoba
menerima kenyataan dengan bersenang-senang, James menerima kenyataan dengan
menjadikan kenyataan itu sebagai lelucon. Enggak ada yang lebih menyenangkan
ketimbang menertawakan diri sendiri dan bercanda dengan kenyataan yang suck. James berhasil digambarkan sebagai
cowok yang berhati besar—hei siapa, sih, yang tahan kehidupan gebetan lo jadi
konsumsi semua orang? Walaupun ujung-ujungnya James sama seperti Victoria,
capek dengan sifat self-sentris Audrey.
Tapiii…
yang bikin betah baca novel ini terletak di narasinya. Aslik, lucuk. Kata-katanya
tuh kekinian banget. Deksripsi kejadian juga kekinian bangetlah, khasnya anak
muda gitu. Belum lagi karakter Audrey yang music-geek bener-bener gila musik. Dan
James PDKT dengan ngasih mix tape? Di
era digital seperti sekarang, sesuatu yang klasik kayak gini selalu sukses
bikin mupeng.
Novelnya
ringan banget. khas remaja bangetlah. Yah, gampangnya, bayangin 5SOS ketemu
Taylor Swift, itulah Audrey, Wait.