You Had Me At Hello
Mhairi McFarlane
What happens when the
one that got away comes back?
Ben
dan Rachel bersahabat sejak kuliah. Sepuluh tahun kemudian, mereka bertemu lagi
di perpustakaan di Manchester. Rachel seorang wartawan. Ben seorang pengacara.
Rachel baru saja putus dari tunangannya, Rhys, setelah pacaran 13 tahun. Ben
sudah menikah dengan Olivia.
Mereka
kembali bersahabat, meski Caroline, sahabat baik Rachel, memperingatkan Rachel
untuk enggak terlalu dekat dengan Ben karena status Ben. Rachel juga dekat
dengan Simon, sahabat sekaligus atasan Ben. Tapi… ada perasaan lain dalam hati
Rachel.
Perasaan
untuk Ben.
Perasaan
untuk Ben sejak sepuluh tahun lalu.
Because he is the one
that got away.
This is my first
experience with Mhairi McFarlane.
I know nothing about
this book when I bought it. I want to have this book simply because of the
title. You had me at hello. I love that phrase since Dorothy said “you had me
at hello” to Jerry Maguire.
*and I want someone
said “you had me at hello” to me*
*abaikan*
Jadi,
berbekal judulnya yang adalah frasa favorit gue, tanpa pertimbangan apa-apa
langsung beli. Untunglah tindakan impulsif kali ini berakibat poisitif karena
gue suka sama bukunya.
Ceritanya
simple. About the one that got away.
Buku ini menggunakan sistem flashback,
di mana setiap adegan di masa lalu berhubungan dengan apa yang sedang dialami
Rachel di masa sekarang. Berangkat dari PoV satu, kita diajak untuk mengikuti
perjalanan hidup Rachel, mulai dari sepuluh tahun lalu sampai sekarang.
Ada
satu pertanyaan di benak gue ketika membaca buku ini: kalau memang Ben dan
Rachel sedekat itu waktu kuliah, kenapa mereka malah kepisah tanpa kabar selama
sepuluh tahun? It have to be something
between them. Pertanyaan ini yang membuat gue bertahan membacanya—selain
gaya menulis Mhairi yang asyik banget.
Dan,
tebakan gue benar. There is something
between them. Tapi hal ini baru kebuka di belakang. Pas cerita hampir
selesai. Penjelasan yang membawa kita kembali ke pertanyaan lama: benar enggak
sih hubungan platonik, sahabatan cewek dan cowok tanpa cinta, itu benar-benar
ada? Hasilnya? Ah, baca aja, haha.
Yang
paling juara dari novel ini adalah gaya menulisnya Mhairi yang witty, sarcasm, dan lugas. Meski di beberapa bagian deskripsinya kurang. Padahal
kalau deskripsi ditambah jadi bakalan lebih seru sih. Selain itu, setting cerita yang enggak biasa juga
menambah daya tarik cerita. Manchester. Biasanya kan kalau Inggris ya London. Dan
ini Mhairi mengambil kota lain yang jarang dipakai.
Dalam
jurnalistik, ada istilah proximity,
alias kedekatan. Sebuah berita akan bernilai lebih bagi seseorang karena unsur
kedekatan tersebut. Hal itu gue rasain di sini. Kedekatan dengan background pekerjaan Rachel. Wartawan. Hehe.
Hal ini di luar ekspektasi gue, makanya kaget gitu begitu tau pekerjaan Rachel.
Jadi, makin suka deh sama buku ini.
Pokoknya,
Mhairi bakalan jadi penulis yang karyanya nanti akan gue baca. Lumayan kak buat
selingan di antara tulisan-tulisan young adult yang gue konsumsi sekarang. Good job, Mhairi.
0 Comments:
Post a Comment