Meet The Editor of Beauty Sleep
Jia Effendie
(Sumber foto: jiaeffendie.com)
Girls, ketemu lagi di Gagas Debut Virtual Book Tour. Setelah baca review Beauty Sleep (cek review untuk dapetin 1 Beauty SLeep gratis) dan kulik-kulik ide kreatif Amanda Inez waktu menulis buku ini, enggak lengkap kalau enggak kenalan sama editornya. Thanks to Jia Effendie yang udah ngeluangin waktunya untuk menjawab pertanyaan gue. Enggak hanya tentang Beauty Sleep aja, lho. Jia juga berbaik hati membocorkan rahasia apa aja, sih, yang sebaiknya dimiliki penulis agar karyanya dilirik penerbit? Jadi, buat yang udah atau akan ngirim naskahnye ke penerbit, simak dulu, yuk, cerita Jia berikut.
Pertimbangan-pertimbangan apa aja, sih, yang editor
berikan (khususnya mbak Jia) ketika memutuskan untuk menerbitkan sebuah karya
dari penulis debut?
Banyak hal. Enggak sekadar ceritanya
bagus atau orisinal. Ada pertimbangan-pertimbangan lain. Bagaimana cara dia
menuturkan? Bagaimana cara si penulis menjalin plot? Bagaimana gaya penulisan
dan pemilihan diksinya? Apakah konflik yang ditampilkan dalam cerita masuk akal
dan logis? Bagaimana dia menutup ceritanya?
Sebenarnya ini berlaku tidak hanya
untuk penulis debut, sih, tapi dari semua naskah. Beberapa naskah dari penulis yang
sudah menerbitkan beberapa buku pun, misalnya, masih ada kemungkinan untuk
ditolak karena berbagai hal. Misalnya, karena plot utamanya tidak masuk akal
dan membutuhkan kerja keras untuk membongkar keseluruhan naskahnya karena ini
berarti harus mengganti plot dari awal.
Selama pengalaman Mbak Jia jadi editor, pernah gambling enggak ketika memutuskan untuk
menerbitkan karya penulis baru ini?
Sebenarnya,
memutuskan untuk menerbitkan buku apa pun adalah gambling. Selama 4 tahun
menjadi editor, saya mempelajari bahwa tidak ada formula pasti tentang buku
seperti apa yang akan best-seller.
Namun, ketika naskah diterima untuk diterbitkan, tentu saja editor punya
keyakinan khusus kalau satu naskah bisa diterima oleh pembaca. Tapi soal
penjualan, itu misteri.
Sebagai editor, apa tantangan terbesar yang Mbak Jia
rasakan ketika mengedit atau menerbitkan karya penulis baru ini?
Tantangan yang
lumayan menyita perhatian, sih, biasanya kalau penulis enggak mau naskahnya
disunting dan tidak memercayai editornya. Perlu usaha ekstra untuk membujuk dan
menjelaskan. Hahaha. Tapi selama ini, penulis-penulis yang bekerja sama dengan
saya kebanyakan kooperatif, kok, malah haus diedit.
Tantangan lainnya
adalah berhadapan dengan penulis yang agak kesulitan memahami petunjuk revisi dari
editor, atau ngerevisinya lama
banget. Tapi, itu bisa diatasi, kok :p
Ada kepuasan enggak ketika ternyata karya debut ini
diterima masyarakat? Atau perasaan sedih atau kecewa ketika karya debut ini
penerimaannya enggak sesuai dengan yang diharapkan?
Selalu senang kok,
kalau karya debut diterima pembaca. Apalagi kalau sampai cetak ulang. Ya sedih
juga kalau tidak terlalu disukai, perasaan yang wajar, sih :D
Back to Beauty Sleep. Apa, sih, yang bikin Mbak Jia
pertama kali tertarik dengan naskah ini? plus, apa yang membuat Mbak Jia yakin
novel ini akan diterima?
Saya dapat naskah
ini dari editor lain, jadi bukan saya yang pilih. Namun, naskah ini punya keistimewaan.
Penulisnya baru saja lulus SMA, tetapi tulisannya sangat rapi dan matang. Ada
satu hal yang merupakan kelemahan sekaligus kelebihan Amanda. Dia mengaku kalau
dia tidak bisa menulis dengan bahasa slang (bahasa
anak muda masa kini-ecieeh), dan membuat tokoh aku atau si bodoh yang
berasal dari Amerika. Menurut saya ini genius.
Amanda menulis
Beauty Sleep dalam POV orang pertama. Laki-laki dari Amerika yang belajar
bahasa Indonesia belum cukup lama sehingga bahasa yang digunakan agak kaku dan
sesuai EYD. Amanda berhasil membawakan “suara” si tokoh utama. Permasalahannya
adalah nanti ketika Amanda menulis novel berikutnya, apakah karakter utamanya
akan mirip dengan tokoh di Beauty Sleep?
Proses revisinya berlangsung lama enggak? Dan, apakah
terjadi perombakan major?
Enggak terlalu lama
sih, dan enggak ada perombakan major juga
Dari kacamata seorang editor, apa sih yang dibutuhkan
oleh penulis pemula agar karyanya diterima penerbit?
Banyak membaca,
sih. Saya menyarankan kepada siapa pun yang ingin menulis untuk banyak membaca.
Dan disiplin menulis. Sering-sering mengunjungi toko buku juga untuk mengetahui
apa yang sedang ngetren di pasaran—sebagai referensi saja, bukan berarti harus
menulis sesuai tren, ya, karena lelah sekali kalau harus selalu mengikuti tren.
Riset juga soal
berbagai macam penerbit. Buku seperti apa yang mereka terbitkan? Kira-kira
naskahmu cocok diterbitkan di penerbit apa?
Dan oh ya… novelnya
selesai. Kalau kirim naskah belum selesai ke penerbit, biasanya sih, ditolak,
dan disuruh selesaikan dulu. Hehe.
Tips untuk penulis pemula agar pede mengirimkan karyanya
dan agar karyanya ini diterima penerbit.
Segitu aja ya mbak Jia. Thank you atas waktunya.
Selalu menyunting
naskahmu terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke penerbit. Pastikan apa yang
sudah kamu kirim itu sudah sempurna (paling tidak menurutmu). Jika kamu jenis
penulis yang menganggap semua yang kamu tulis itu sudah sangat bagus, ada
baiknya memberikan draf naskahmu ke teman untuk dikomentari—dan jangan marah
kalau ternyata si teman itu bilang naskahnya belum oke. Terima saja, baca lagi
naskahnya, revisi lagi.
Writing is
rewriting, kata Ernest Hemingway.
Selain itu, kirim
naskahmu ke penerbit yang cocok.
Allright, thanks Jia for your time and answers. Yang mau kenalan lebih jauh sama Jia Effendie, bisa colek-colek dia di sini.
Nama: Jia Effendie
Pekerjaan: Editor GagasMedia
Alamat email: jiaeffendie@gmail.com
Alamat blog: http://jiaeffendie.com
Alamat Facebook: https://www.facebook.com/jia.effendie
Alamat Twitter: @JiaEffendie
oke. baca postingan ini langsung bikin semangat buat disiplin membaca dan menulis. yah walaupun masih sebatas cerpen, tp paling nggak sudah mencoba menulis.
ReplyDeleteBtw bener tuh kata ka Jia, kira-kira next novelnya ka Inez di gagas, apakah akan sama dg di Beauty Sleep?