Meet The Author of Beauty Sleep
Amanda Inez
Masih dalam rangka Gagas Debut Virtual Book Tour, gue berkesempatan nanya-nanya langsung sama Amanda Inez soal bukunya ini. Beruntungnya lagi, Amanda kooperatif banget dan jawabnya cepet, hihi. Thanks, ya, Amanda udah ngeluangin waktunya buat jawab email gue.
So, here is our chitchat.
Sejak kapan, sih, kamu suka nulis? Apakah kamu langsung nulis
novel atau berharap, seperti cerpen dulu, terus novella, dan novel?
Aku suka nulis sejak kecil, dulu dalam bentuk diary. Pertama-tama
aku menulis cerpen, tapi lama-lama aku merasa, setiap kali
aku menulis cerpen pasti kepanjangan. Sejak itu aku mulai menulis novel.
Bisa diceritain enggak ide Beauty Sleep ini darimana? Plus,
proses kreatif kamu ketika menulis novel ini.
Ide novel ini datang enggak tahu darimana. Waktu itu aku cuma bosan di rumah (di
Toronto) dan asal mengetik draft.
Tahu-tahu aku keterusan sampai enggak bisa tidur karena ingin cepat-cepat diselesaikan.
Akhirnya empat hari kemudian, cerita itu selesai dan aku hanya bisa menganga lebar.
Jadilah novel ini, yang pertama kunamakan Before She’s Awake sebelum pihak GagasMedia memilihkan judul
Beauty Sleep.
Sebagai novel debut, it’s really really really amazing. Frankly speaking, I love how you write, build a conflict, and made a
conclusion. But most of all, I love all of your characters, even ‘Si Tuan
Putri. Nah, bisa diceritain enggak proses yang
kamu lakukan dalam menciptakan karakter ini.
Karakter Tuan Putri itu sebenarnya bisa dikaitkan dengan aku sendiri.
Waktu menulis novel ini, sebenarnya yang terbayang adalah karakter gadis yang
sempurna. Cantik, baik hati, dan lembut. Hanya saja, karena aku enggak ingin pembaca dibuai dengan kesempurnaan
yang enggak realistis, aku memutuskan untuk membentuk Tuan Putri dalam kekurangan.
Aku harap pembaca bisa mengerti bahwa enggak ada orang yang sempurna di duniaini,
tapi bukan berarti kita enggak bisa merasa bahagia.
Somehow aku merasa ini seperti penafsiran ulang Sleeping
Beauty. Apa kamu terinspirasi dari dongeng klasik itu? He-he-he.
Sebenarnya, aku enggak terpikir Sleeping Beauty saat menulis novel ini. Toh,
jalan ceritanya berbeda. Hanya saja, aku pikir akan jauh lebih sentimental bila sesuatu
yang buruk terjadi pada orang yang si Bodoh sayangi (menurutku,
emosisi Bodoh akan jauh lebih meluap dibanding kalau Tuan Putri sehat-sehat saja).
Aku enggak ingin ‘membunuh’ si Tuan Putri, karena aku ingin ending yang bahagia.
Jadinya, aku memutuskan untuk membuat Tuan Putri koma.
About your point of view. Ini nilai plus
dariku karena kamu berani banget nulis di PoV yang enggak biasa.
Ini memang kamu nyamannya menulis dengan PoV seperti ini atau baru kali ini?
Ini pertama kalinya aku menulis dengan POV kedua.
Sejak dulu aku selalu terbiasa dengan POV ketiga. Tapi berhubung aku ingin berinteraksi dengan pembaca
agar mereka bisa merasakan emosi yang dirasakan si pencerita, aku yakin POV
kedua lebih cocok.
Menurut kamu, ada tips dalam memilih PoV yang
tepat enggak dalam menuliskan suatu cerita? Karena, kan, enggak semua cerita cocok dengan PoV satu atau tiga atau bahkan dua.
Untuk memilih POV, harus berdasarkan personality
kitas ebagai penulis dan tentu saja jalan cerita. Sewaktu menulis dengan POV pertama,
aku merasa seperti penulis diary yang mengisahkan hanya ceritaku. POV
ketiga lebih mudah, karena kita berperan sebagai pencerita yang tahu segalanya
(anggap seperti penggosip, hehe). POV kedua menurutku itu seperti cowok yang
ingin mengungkapkan cinta pada cewek yang lama ditaksirnya. Harus tegas, penuh emosi,
dan straight forward.
Ini pasti sulit banget, ya, nulis kayak gini. Pernah stuck
enggak? Atau kepikiran ganti PoV? Jika pernah, what did you do?
Sekarang ini sebenarnya aku sedang stuck. Belum pernah aku cuti selama ini,
karena mungkin terlalu sibuk dengan urusan sekolah dan sekarang aku juga bekerja di
kantor. Untuk mengatasi writer’s block biasanya aku biarkan saja.
Kalau memang enggak ada ide, aku enggak akan maksa untuk menulis. Untuk POV,
aku cukup nyaman dengan POV pertama dan kedua,
karena sekarang ini aku lebih fokus untuk menyampaikan emosi pada pembaca.
Sedang ada progress dalam menulis novel selanjutnya?
Sekarang ini aku lagi enggak sedang menulis novel baru.
Mungkin cuma cerita-cerita singkat yang kadang aku post di blog.
Kamu suka bikin target enggak harus menyelesaikan sebuah novel
dalam waktu berapa lama? Menurut kamu, target waktu itu penting enggak?
Dulu waktu masih SMP, aku selalu pasang target,
pokoknya enggak boleh lebih dari setengah tahun. Nyatanya, karena tertekan dengan target
dan karena aku sendiri bukan penulis full time,
aku hanya menuli ssetelah merasa percaya diri dengan ide cerita yang muncul.
Dari skala 1-10, kamu menilai novel debutmu ini di
angka berapa? Alasannya?
Sepuluh! Hehe. Mungkin karena ini pertama kali aku berhasil menerbitkan novel.
Juga karena aku selesai menulis dalam waktu singkat, juga karena proses
pengiriman naskahdari Toronto ke Jakarta juga dibantu.
Aku enggak menyangka aja ceritaku akhirnya bisa diterbitkan.
Kalau boleh berandai-andai, kamu mau enggakmenulis cerita di
luar comfort zone kamu (dari segi PoV atau tema)? Jika iya, kamu mau bikin yang kayak
apa?
Sebenarnya, Beauty Sleep ini adalah bukti nyata aku keluar dari comfort zone
aku. Selama ini aku selalu menulis genre fantasi, karena aku penggemar Lord of the
Rings, Narnia, etc. Seperti yang aku bilang juga, aku selama ini menulisdengan POV
ketiga. Tapi novel ini benar-benar berbeda, sampai teman-teman yang
dulu menjadi pembaca tetap juga bertanya-tanya.
Untuk novel selanjutnya, aku ingin coba menulis genre fantasi dengan bahasaInggris,
karena jujur aku sudah enggak begitu nyaman lagi dengan bahasa Indonesia.
Tapi aku akan coba untuk terus berkarya di Indonesia walaupun jauh>.<
Untukk arakter, selama menulis ini kamu punya character chart
enggak? Atau tokoh yang kamu bayangka nmewakili si Bodoh dan Tuan Putri ini?
Aku biasanya enggak konsistendengan karakterku,
karena aku selalu ingin ada perkembangan karakter sepanjang cerita berlangsung. Jadi,
biasanya karakter-karakter yang aku buat akan mengalami perubahan.
Kamu kan di Toronto sedangkan editor di Jakarta. Susah enggak sih berhubungan ketika proses
revisi?
Untungnya enggak sesusah yang kubayangkan. Karena team
GagasMedia sendiri sudah sangat professional, aku enggakmerasakan kesulitan apa
pun saat bekerjasama dengan mereka. Overall,
aku sangat puas bekerjasama dengan GagasMedia, salut!
Oke, Amanda. Itu aja pertanyaan dariku. Terakhir,
kamu boleh ninggalin pesan atau mungkin promo buku or anything untuk pembaca blogku?
Terima kasih banyak untuk kesempatanini, ya. Jangan lupa baca dan review novelku
di Goodreads atau blog-mu. I love making friends, so tweet me/email me/ say hi
to me on my blog… I’ll be waiting!
Oke, thank you Amanda for your time and answer. Good luck for you and looking forward for your new book.
Kenali Amanda lebih jauh, yuk.
Nama: Amanda Inez
Tempat Tanggal Lahir:Jakarta, 5 November 1993
Karya yang pernah dipublish: Beauty Sleep
Pekerjaan: International Student, volunteer, accounting clerk, piano
tutor
Alamat blog: www.amandainez.blogspot.ca
Alamat Facebook: www.facebook.com/amandainezz
Alamat Twitter: @amandainezz
Alamat Email: amandainezpoe@gmail.com
Buat yang pengin dapetin satu eksemplar Beauty Sleep, gue punya satu buku gratis. Baca caranya di review ini, ya.
Oooo baru tau ternyata penulisnya lagi tinggal di kanada ya. Wii hebat bisa ngirim naskah dari toronto ke indonesia dan langsung diterima buat terbit. Pasti keren banget novelnya!
ReplyDeleteWalaupun ka Inez katanya mau bikin novel b.inggis, tp semoga aja ka Inez tetap produktif kirim naskah ke gagas deh.