Bellamore
Karla M Nashar
Lana terpaksa bekerjasama dengan Fabian
Ferdinandi, bule Italiano yang menyebalkan dengan komentar-komentar seksis yang
selalu menjurus. Apalagi ketika Fabian tahu Lana masih menjaga vigirnitynya
sampai nanti dia menikah. Padahal, Fabian terang-terangan pengin mengajak Lana
bobo bareng. Tapi, selama ini Fabian hanya komentar saja tanpa ada
tindakan-tindakan menjurus. Tanpa disadarinya, Lana mulai kepikiran Fabian meski
mengatasnamakan benci dan kesal.
Tapi, lama-lama benci jadi cinta. Lana mulai
menyesal sudah bersikap kasar ketika Fabian terasa menjaga jarak dan pulang
begitu saja ke Italia. Selang beberapa bulan, Lana mendapat kesempatan training ke New York dan enggak disangka
malah bertemu Fabian. Tapi, ada rahasia yang menunggunya di sana.
Oke, telat memang baca buku ini. Tapi, meski
udah lama terbit, buku ini masih belum kehilangan gregetnya. Ini juga
pengalaman pertama gue baca buku Karla (my
bad) dan langsung jatuh cinta. Gue suka cara Karla membangun chemistry antara Lana dan Fabian melalui
pertengkaran-pertengkaran mereka—yang berbau seksis dan ujung-ujungnya ngajak
ke tempat tidur—tapi dari sanalah karakter mereka terbentuk. This book has a strong character, even supported
characters. Meski suka mengeluarkan komentar menjurus, Fabian ini sama
sekali enggak terasa genit. Gue suka dengan gaya penceritaan Karla yang
mengalir dan lugas. Alur yang rapi dengan penulisan yang rapi jadi nilai tambah
dan bikin buku ini makin engaging.
I love
this book but at the same time I hate this book. Gue benci buku yang
di awal bikin kita senang dan ketawa-ketawa tapi bersimbah air mata di akhir. Twist di buku ini bagus tapi juga
menyesakkan. Dan, yang bikin gue pengin ngacungin jempol ke Karla adalah
penggambaran sikap Fabian yang realistis sekaligus romantis. Gue akan benci
jika Karla menulis Lana dan Fabian akan till
death do us part dan mengalahkan logika. Untungnya enggak. Gue juga suka ketika
Karla menggambarkan dengan sempurna betapa emosionalnya Lana di situasi itu dan
logisnya Fabian. Hell, harusnya makin
banyak buku realistis kayak gini.
Meski banyak serendipity, I don’t care. Gue bisa maafin kebetulan-kebetulan itu
karena terlanjur bikin gue jatuh cinta pada cerita ini.
Sedikit komplen mungkin di penggambaran
pekerjaan Lana. Memang, sih, pekerjaannya dijelasin detail tapi apa nama
pekerjaannya malah enggak ada. Memang, sih, disebutin sebagai Account Manager, tapi di bidang apa? Dan
jelasnya perusahaan Fabian itu apa dan dia sebagai apa? Minor, sih, tapi menurut gue sedikit mengganggu.
Overall,
I love Fabian Ferdinandi. Ending yang bittersweet
dan realistis. Dan, gue masih teringat Fabian sampai sekarang. Gue ingin
menyalin surat terakhir Fabian tapi bukunya lagi enggak gue bawa, Tapi gue
masih ingat emosi gue ketika baca surat itu. sedih banget.
Tiga bintang untuk Fabian Ferdinandi di
Ragusa sana.
0 Comments:
Post a Comment