Restart
Nina Ardianti
Welcome to the world of Syianna
Alamsjah dan Fedrian Arsjad. Welcome to Restart.
Syianna, yang memiliki masalah besar terhadap trust issue malah menangkap tangan pacar tiga tahunnya, Yudha, di
salah satu kamar di Kempinski. Putus langsung jadi pilihan Syianna tanpa
memberi kesempatan kepada Yudha untuk menjelaskan alasan di balik
perselingkuhannya.
Ketika masih dalam masa patah hati, Syianna mendapat tugas ke Hong
Kong. Tapi, di kota yang berjarak ribuan kilometer dari Jakarta itu dia tanpa
sengaja malah bertemu Yudha. Syianna langsung pergi dan memutuskan mampir ke sebuah
bar. Tiga gelas Erdinger sukses masuk ke perutnya.
Sampai datang seorang cowok berwajah melayu dalam keadaan tipsy yang muntah ke sepatunya. Dan teman
si cowok yang menuduh Syianna membuat temannya mabuk. Tanpa pikir panjang
Syianna menyiram segelas bir ke muka dua cowok itu.
Back to Jakarta. Syianna yang sedang pusik
mempersiapkan launching Music Card, credit card keluaran Acia Pacific Bank,
disuruh bosnya untuk mengganti brand
ambassador jadi Dejavu, band yang lagi hype
banget. Syianna enggak menyangka kalau dua cowok yang disiramnya di bar di Hong
Kong adalah Riza dan Fedrian, personil Dejavu. Syianna pun berkenalan dengan si
pemilik senyum asimetris yang menyebalkan, Fedrian Arsjad.
And the rest is history.
Oke, meski katanya Dejavu itu hype
banget, gue yang enggak hype karena
baru baca novel ini sekarang setelah beberapa bulan lalu orang-orang hype banget ngomongin buku ini *inser
anti-mainstream mode haha*. Thanks to
Adit yang udah ngadoin buku ini, hehehe.
Jujur, gue penasaran tentang buku ini. Selain karena emang hype banget, gue udah terlanjur jatuh
cinta dengan gaya menulis Nina. Gue juga penasaran seseksi apa sih Fedrian itu?
Oke, kita mulai dari karakter. Sayang sekali, gue enggak bisa
jatuh cinta kepada Fedrian, enggak peduli segimananya Nina menulis kalau
Fedrian itu ganteng dengan senyum asimetris dan lidah tajam serta killer body. Plus pintar dengan punya
gelar MBA dari Columbia. Oh, anak baik-baik juga. Berasal dari keluarga
baik-baik juga. For me, he is totally
absolutely really really too good to be true. Kalau aja gue baca ini dua
atau tiga tahun lalu or at least
sampai tahun lalulah, gue mungkin akan jatuh cinta sama Ian. Gue enggak akan
peduli kalau Ian ini too good to be true.
But now, at my age, I can’t related to him. Karena too good to be true itu cuma one
in a million. Mungkin pola pikir gue yang udah berubah, ditambah referensi
bacaan gue yang makin beragam dan gue yang lebih suka membaca cerita dengan
tokoh yang realistis makanya gue enggak tertarik dengan cowok TGTBT.
Sampai ketika gue tahu Ian ini lulusan Columbia, gue pengin
banting buku ini. I need something
yang bikin Ian ini terasa real. Bukan
seperti Adonis kayak gini. Sorry,
Nina, gue rasa enggak ada salahnya kok Ian dikasih minus dikit biar enggak
TGTBT dan berasa real.
Untuk tokoh Syianna malah berasa real dengan segala insecure enggak penting yang memang
kadang dalam kehidupan nyata sering dialami. Insecure enggak penting buat hal yang sebenernya enggak perlu
dipusingin, hehehe. Cuma gue enggak sreg aja berkali-kali Syianna ini dibilang
sinis dan sarkas. Sekali gue rasa cukup. Disamping, ya, menurut gue Syianna ini
kadang sinis atau sarkasnya nanggung, hehehe.
Oh, gue malah suka sama Aulia. Tipikal best friend banget, tuh.
Jadi, karena gue udah gagal suka sama tokohnya, satu-satunya hal
yang bikin gue tertarik nyelesaiin buku ini cuma gaya menulis Nina. Sejak baca
di blog (Meet Cute), gue udah naksir sama gaya menulisnya Nina. Witty, lincah, so metropolis, dengan
diksi sederhana yang dekat banget sama keseharian. Gue suka kalimat-kalimat quoteable yang enggak terkesan menggurui.
Catatan penting buat Nina atau mungkin editor atau proofreader atau siapalah. Timelinenya berantakan. Waktu Syianna nonton Rise and Shine itu Sabtu malam, trus kenapa besoknya ketika dia sama Edyta jalan ke GI itu di hari Sabtu? Terus, selang satu halaman mereka mau DVD Marathon di malam Minggu, lalu balik satu halaman Edyta ngajak Syianna nginap dan besok berangkat bareng ke kantor. Oh my, ini gue enggak tahu siapa yang salah.
Dan typo di mana-mana. Baiklah.
Catatan penting buat Nina atau mungkin editor atau proofreader atau siapalah. Timelinenya berantakan. Waktu Syianna nonton Rise and Shine itu Sabtu malam, trus kenapa besoknya ketika dia sama Edyta jalan ke GI itu di hari Sabtu? Terus, selang satu halaman mereka mau DVD Marathon di malam Minggu, lalu balik satu halaman Edyta ngajak Syianna nginap dan besok berangkat bareng ke kantor. Oh my, ini gue enggak tahu siapa yang salah.
Dan typo di mana-mana. Baiklah.
Oh ya, ada satu yang bikin gue bertanya-tanya. Dulu Graha Mandiri
namanya BDN, ya? Sebelum jadi Plaza BDP? *Secara kantor gue di sana ya bo haha*
Overall, buku ini cukup menyenangkan
meski gue enggak naksir sama Ian, hehehe.
0 Comments:
Post a Comment