[Indonesian Romance Reading Challenge] #37 Restart by Nina Ardianti

Leave a Comment
Restart
Nina Ardianti





Welcome to the world of Syianna Alamsjah dan Fedrian Arsjad. Welcome to Restart.
Syianna, yang memiliki masalah besar terhadap trust issue malah menangkap tangan pacar tiga tahunnya, Yudha, di salah satu kamar di Kempinski. Putus langsung jadi pilihan Syianna tanpa memberi kesempatan kepada Yudha untuk menjelaskan alasan di balik perselingkuhannya.
Ketika masih dalam masa patah hati, Syianna mendapat tugas ke Hong Kong. Tapi, di kota yang berjarak ribuan kilometer dari Jakarta itu dia tanpa sengaja malah bertemu Yudha. Syianna langsung pergi dan memutuskan mampir ke sebuah bar. Tiga gelas Erdinger sukses masuk ke perutnya.
Sampai datang seorang cowok berwajah melayu dalam keadaan tipsy yang muntah ke sepatunya. Dan teman si cowok yang menuduh Syianna membuat temannya mabuk. Tanpa pikir panjang Syianna menyiram segelas bir ke muka dua cowok itu.
Back to Jakarta. Syianna yang sedang pusik mempersiapkan launching Music Card, credit card keluaran Acia Pacific Bank, disuruh bosnya untuk mengganti brand ambassador jadi Dejavu, band yang lagi hype banget. Syianna enggak menyangka kalau dua cowok yang disiramnya di bar di Hong Kong adalah Riza dan Fedrian, personil Dejavu. Syianna pun berkenalan dengan si pemilik senyum asimetris yang menyebalkan, Fedrian Arsjad.
And the rest is history.
Oke, meski katanya Dejavu itu hype banget, gue yang enggak hype karena baru baca novel ini sekarang setelah beberapa bulan lalu orang-orang hype banget ngomongin buku ini *inser anti-mainstream mode haha*. Thanks to Adit yang udah ngadoin buku ini, hehehe.
Jujur, gue penasaran tentang buku ini. Selain karena emang hype banget, gue udah terlanjur jatuh cinta dengan gaya menulis Nina. Gue juga penasaran seseksi apa sih Fedrian itu?
Oke, kita mulai dari karakter. Sayang sekali, gue enggak bisa jatuh cinta kepada Fedrian, enggak peduli segimananya Nina menulis kalau Fedrian itu ganteng dengan senyum asimetris dan lidah tajam serta killer body. Plus pintar dengan punya gelar MBA dari Columbia. Oh, anak baik-baik juga. Berasal dari keluarga baik-baik juga. For me, he is totally absolutely really really too good to be true. Kalau aja gue baca ini dua atau tiga tahun lalu or at least sampai tahun lalulah, gue mungkin akan jatuh cinta sama Ian. Gue enggak akan peduli kalau Ian ini too good to be true. But now, at my age, I can’t related to him. Karena too good to be true itu cuma one in a million. Mungkin pola pikir gue yang udah berubah, ditambah referensi bacaan gue yang makin beragam dan gue yang lebih suka membaca cerita dengan tokoh yang realistis makanya gue enggak tertarik dengan cowok TGTBT.
Sampai ketika gue tahu Ian ini lulusan Columbia, gue pengin banting buku ini. I need something yang bikin Ian ini terasa real. Bukan seperti Adonis kayak gini. Sorry, Nina, gue rasa enggak ada salahnya kok Ian dikasih minus dikit biar enggak TGTBT dan berasa real.
Untuk tokoh Syianna malah berasa real dengan segala insecure enggak penting yang memang kadang dalam kehidupan nyata sering dialami. Insecure enggak penting buat hal yang sebenernya enggak perlu dipusingin, hehehe. Cuma gue enggak sreg aja berkali-kali Syianna ini dibilang sinis dan sarkas. Sekali gue rasa cukup. Disamping, ya, menurut gue Syianna ini kadang sinis atau sarkasnya nanggung, hehehe.
Oh, gue malah suka sama Aulia. Tipikal best friend banget, tuh.
Jadi, karena gue udah gagal suka sama tokohnya, satu-satunya hal yang bikin gue tertarik nyelesaiin buku ini cuma gaya menulis Nina. Sejak baca di blog (Meet Cute), gue udah naksir sama gaya menulisnya Nina. Witty, lincah, so metropolis, dengan diksi sederhana yang dekat banget sama keseharian. Gue suka kalimat-kalimat quoteable yang  enggak terkesan menggurui.
Catatan penting buat Nina atau mungkin editor atau proofreader atau siapalah. Timelinenya berantakan. Waktu Syianna nonton Rise and Shine itu Sabtu malam, trus kenapa besoknya ketika dia sama Edyta jalan ke GI itu di hari Sabtu? Terus, selang satu halaman mereka mau DVD Marathon di malam Minggu, lalu balik satu halaman Edyta ngajak Syianna nginap dan besok berangkat bareng ke kantor. Oh my, ini gue enggak tahu siapa yang salah.
Dan typo di mana-mana. Baiklah.
Oh ya, ada satu yang bikin gue bertanya-tanya. Dulu Graha Mandiri namanya BDN, ya? Sebelum jadi Plaza BDP? *Secara kantor gue di sana ya bo haha*
Overall, buku ini cukup menyenangkan meski gue enggak naksir sama Ian, hehehe.


SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig