The Bride Stripped Bare
Anonymous
(later known by Nikki Gemmel)
Every women has a secret. Nameless
heroine di buku ini
membuktikan hal tersebut. Nameless heroine
ini sedang merasakan bulan madu di Maroko ketika dia tahu suaminya punya affair dengan sahabatnya, Theo. Sahabat yang
selalu lebih dibanding dia. Ketika kembali ke London, hubungan mereka agak
merenggang. Nameless heroine ini
mulai memikirkan fantasi seksual yang enggak dia dapat dari suaminya, Cole.
And then she met Gabriel, cowok Spanyol yang
lebih muda dari dia. Gabriel yang pernah patah hati ini ternyata masih virgin. Jadilah
our nameless heroine ini sebagai
gurunya Gabriel. Masalahnya, ketika bersama Gabriel dia bisa menyampaikan
pendapatnya dia maunya diapain dan dia maunya gimana. Yah, secara Cole monoton.
Tapi, yang enggak bisa dia cegah yaitu Gabriel benar-benar jatuh cinta padanya.
Ketika Gabriel marah karena dia masih main sama suaminya, dia pun ninggalin
Gabriel.
Dan fantasinya makin menjadi-jadi.
But at the end of time, dia balik lagi ke Cole. Ketika mendengar
Theo mencoba ingin punya anak, sisi enggak mau kalahnya terpanggil. Dia hamil. Enggak
disangka-sangka, Gabriel balik lagi dan bikin dia bertengkar sama Cole. Dia menyinggung
affair Cole dan Theo, juga bersikap
kasar pada Cole. Cole pun pergi ke Roma dengan alasan pekerjaan. Ketika sendirian
itu, dia mulai menyadari kesepiannya. Dia ingin mencoba kehidupan baru. Toh
sebentar lagi dia jadi ibu. Dia memperbaiki hubungannya dengan nyokapnya. Dia menyusul
Gabriel ke Spanyol, untuk yang terakhir kalinya. Dan ketika Cole kembali, lalu
jujur dia enggak punya affair dengan
Theo, mereka baikan.
Happily ever after? Tunggu dulu.
Sebenarnya, agak susah menuliskan ringkasannya. Jadi begini, gue
baca buku ini atas kemurahhatian Mbak Yuska ngasih buku ini ke gue. Katanya banyak
explicit sex scene tapi well written. Okelah, gue coba baca.
Jeng jeng jeng. PoV kedua, bo. Ini pertama kalinya gue baca cerita
yang ditulis dari sudut pandang orang kedua. Agak aneh awalnya. Tapi, karena well written itulah akhirnya gue merasa enjoy. Gue ngebayangin gimana nulisnya. Pasti
susah banget, kan, ya? Bahasanya lugas dan apa adanya dan ya, eksplisit, tapi
ini mempermudah memahami isi cerita. Secara poV kedua, bo. Terlepas dari isinya
yang erotis gitu, gue menikmati buku ini sebagai pengalaman pertama membaca PoV
2. Gue belajar banyak memahami PoV 2 dan untunglah bukunya bagus jadi
pengalaman pertama ini cukup mengesankan.
Sebenarnya, ceritanya khas chicklit banget. Tapi yang ngebedain ya
PoV 2 itu tadi. Selain itu, gue merasa begitu terikat dengan prolognya yang
bikin penasaran. Juga penulisnya yang anonim—meski ini edisi revisi dan di
bagian belakang ada penjelasan siapa penulisnya dan alasan dia memilih anonim. Prolognya
dibuat dari sudut pandang seorang ibu yang nemuin draft milik anaknya dan
ngirimin draft itu ke penerbit. Anaknya dinyatakan meninggal—bunuh diri—tapi dia
ngerasa anaknya justru faking the death
gitu. Siapa yang enggak penasaran coba?
Setelah gue baca, mungkin maksud anaknya memulai kehidupan baru
itu ya dengan identitas baru.
Selain itu, ada interview dengan Nicky Gemmel, penulisnya. Gue setuju
sama Nicky kalau every woman has a
secret. Just like our nameless heroine. Endingnya sendiri enggak bisa
ditebak. Ceritanya sendiri belum selesai ketika ditemuin oleh nyokapnya karena
anaknya keburu meninggal. Duh, tragis, sih, menurut gue. Sama seperti
nyokapnya, gue juga yakin dia masih hidup.
Intinya, gue suka buku ini. Selain karena gaya menulisnya menarik,
PoV 2 jelas jadi jualan utama buku ini.
POV 2 itu ya yang bikin menarik. Dan tema eroticanya juga bukan bumbu utama. Glad you liked it ^^
ReplyDelete