Me And You And Picture Of Our Future #3
Me and you and picture of our future #1
Me and you and picture of our future #2
Pernahkah kamu mempertanyakan
seperti apa masa depan kita nanti?
Aku jatuh cinta kepadamu. Sekali.
Dan berkali-kali. Namun ada kalanya pria lain menarik atensiku. Membuatku
sejenak melupakanmu. Untuk sementara waktu tidak lagi meneriakkan namamu, tidak
lagi menatap fotomu, tidak lagi membicarakan tentang kamu.
Dan kamu tidak akan marah. Hanya
menampakkan raut cemburu yang sangat lucu. Sesekali meledekku. Di lain kali
membangga-banggakan dirimu sendiri bahwa tidak ada pria lain yang sesempurna
dirimu untukku.
Namun aku hanya akan mencibir
sembari mengalihkan mata ke poster besar di belakang pintu perpustakaan.
Poster itu sempat memicu
pertengkaran kita. Kamu mengaku merasa risih melihatku memuja pria lain,
membicarakannya terus-terusan, dan tidak mengalihkan pandanganku dari wajahnya.
Dan dengan berat hati, setelah permohonanku selama berhari-hari, akhirnya kamu
mengizinkanku menempel poster itu. Bukan di kamar kita. Melainkan di
perpustakaan. Di belakang pintu.
Bagiku itu tidak apa.
Benedict Cumberbatch di poster.
Berkaos turtleneck hitam. Bercelana
jins hitam. Dengan pandangan menyipit seperti sedang menantang cahaya. Dengan
tulang pipi tinggi. Bibir tebal yang antara tersenyum atau tidak.
Dan aku di depannya. Berteriak
norak seperti remaja tanggung. Tersenyum-senyum tanpa alasan yang jelas.
Ada kalanya keberadaanmu
terpinggirkan. Aku yang lebih tertarik menatap poster atau menonton film atau
membalik majalah atau meng-Googling foto atau menonton interview di youtube.
Sedang kamu menggerutu pelan di sampingku.
Bahkan kamu yang telanjang pun
tidak mampu menarik atensiku dari pria di poster.
Namun kamu tidak
mempermasalahkannya.
Karena kamu tahu, jauh di dalam
hatiku, aku hanya milikmu. Tidak peduli betapapun aku mengagumi pria Inggris
itu, pada akhirnya aku akan kembali kepadamu. Cinta sejatiku. Cinta nyata yang
ada di hidupku, bukan kekaguman semu yang kurasakan untuk sementara waktu.
Dan di penghujung malam, aku akan
terlelap di sampingmu.
Pernahkah kamu mempertanyakan
seperti apa masa depan kita nanti?
Ketika kamu membalas kelakukanku
dengan menghabiskan akhir pekan menonton show
Victoria Secret. Terang-terangan memuji tubuh seksi Adriana Lima, Lily Aldridge,
Alessandra Ambrosio, Karolina Kurkova yang melenggang di atas runway dalam pakaian minim. Kacamatamu
berembun saking kencangnya kamu bernapas ketika menyaksikan model kurus tinggi
itu memamerkan pakaian dalam yang sangat provokatif.
Dan kamu hanya akan tertawa
melihatku yang cemberut. Sesekali menyikut rusukku ketika televisi kita
memunculkan Karlie Kloss dalam underwear
biru coral bertabur mutiara dengan
sepasang sayap di punggung. Lalu kamu menggumam ingin melihatku dalam busana
seperti itu.
Dan aku akan meledak marah. Kamu
mengejekku.
Aku bukan Karlie Kloss. Atau Irina
Shayk. Apalagi Giselle Bundchen. Underwear
minim mahal itu jelas bukan untukku.
Lalu kamu akan menyusulku ke
perpustakaan. Tempat persembunyian favoritku. Membujukku sembari mengucap maaf.
Bahwa seperti apapun keadaanku, kamu masih mencintaiku. Bahwa hanya aku yang
kamu cintai meski ketika sedang malas aku cukup terlelap dengan daster usang
atau piyama Teddy Bear yang sudah kumiliki sejak aku masih gadis. Bahwa di
matamu aku jauh lebih sempurna dibandingkan perempuan bersayap di televisi.
Detik itu aku tersenyum. Dan
merasakan cintaku padamu kian hangat. Perempuan-perempuan itu hanya ada di
dalam imajinasimu. Kamu nikmati hanya dari balik layar kaca. Tidak bisa kamu
miliki. Tidak bisa menyempurnakanmu. Namun kehadiranku di hidupmu sangat
menyempurnakanku.
Dan di penghujung malam, aku akan
terbaring di sampingmu. Bukan dalam balutan underwear
mahal dari Victoria Secret. Melainkan piyama Teddy Bear usang milikku.
Pernahkah kamu mempertanyakan
seperti apa masa depan kita nanti?
Ketika kita tidak bisa menjaga
pandangan dari pria atau wanita lain dan mengagumi mereka. Namun di dalam hati,
kita masih memiliki. Bahwa cinta kita nyata. Keberadaan kita nyata. Bukan
kehadiran semu yang dihadirkan oleh jepretan kamera paparazzi.
Sesekali, tidak apa jika kita
melirik pria atau wanita lain. Aku dengan Benedict Cumberbatch dan kamu dengan
Karlie Kloss. Lalu ketika di penghujung malam, saat kita saling menatap, kita
akan merasakan cinta itu lagi. Bahwa Benedict Cumberbatch tidak bisa membuatku
jatuh cinta setengah mati seperti yang kurasa kepadamu. Bahwa Karlie Kloss dan
pakaian minimnya tidak mampu membuatmu dan hatimu berpaling dariku.
Bahwa ketidaksempurnaan kita
saling melengkapi.
Selamanya.
Dan gambaran seperti itulah yang
selalu ada di benakku setiap kali memikirkan masa depan.
0 Comments:
Post a Comment