The Look
Sophia Bennett
Prolog: Gue sudah lama tertarik
ingin membaca novel ini. Simply because
the main idea: model. Apalagi setelah membaca sinopsisnya membuat gue
semakin penasaran. Akhirnya ketemu novel ini di sale Mizan di Gramedia GI. 20
ribu saja hehe.
The Look bercerita tentang Edwina ‘Ted’
Trout, remaja 15 tahun yang mendadak hidup pas-pasan karena ayahnya dipecat
jadi dosen dan suatu hari mengamen bersama kakaknya, Ava, si cantik yang mirip
Elizabeth Taylor. Saat mengamen itu Ted disamperin oleh Simon yang mengaku
berasal dari agensi model bernama Model City dan tertarik menjadikan Ted
sebagai model. Ted yang bertubuh tinggi kurus dengan alis lebat menyatu di
pangkal hidung dan nggak cantik sama sekali jelas aja bingung,
Why her? Why Simon didn’t choose Ava?
Lalu Ava divonis kena kanker
sehingga seluruh perhatian keluarga tertuju padanya. Namun, Ava malah mendukung
Ted menjadi model. Hasilnya? She is a model.
Satu kata untuk novel ini:
NANGGUNG! Semua aspek di dalamnya serba nanggung.
Begitu membaca sinopsisnya, gue
membayangkan cerita yang sangat glamour. Look
at this synopsis:
Semua gadis pasti iri setengah mati dengan apa yang akan didapatkan Ted. Jimmy Choo, Vera Wang, Prada, Zac Posen, mobil mewah, apartemen berkelas, dan kepopuleran akan mengelilinginya begitu ia jadi model papan atas.Mimpi ini berawal di Jalan Carnaby, London, saat ia mengamen bersama Ava, kakaknya. Seorang agen pencari bakat, Simon, mendatangi Ted yang jangkung, kurus, dan jauh dari kata fashionable. Tentu saja ini membingungkan. Kenapa bukan Ava si gadis cantik pemilik senyum ala bintang film, yang dilirik Simon melainkan Ted si cupu?Ted diam-diam penasaran dengan Simon dan agensi modelnya. Di saat yang sama, Ava divonis kanker limfoma oleh dokter. Semua perhatian keluarga dicurahkan kepada Ava dan penyakitnya. Ini membuat Ted harus memilih, akan meraih kesempatan untuk menjadi supermodel atau tetap bersama Ava, menjadi supersister.
Wajar jika gue berekspektasi
tinggi. Terlebih saat tahu Ted belum berusia 16 tahun alias masih terlalu kecil
untuk jadi model profesional. Tentu akan banyak intrik di sini. Namun hasilnya?
First: Ted as a model. Nggak ada glamour-nya sama sekali. Perjalanan Ted sebagai model malah bisa
dibilang lama dan bertele-tele. Memang sih keriuhan tes pemotretan, go-see, casting dll ditampilin apa
adanya tapi nggak merasa tertarik sama sekali. Lama banget. Tensi baru naik
setelah Ted ketemu Tina di Gaggia yang membuka jalannya menjadi seorang model
ternama. Gue agak sedikit penasaran. Ketika Ted ke New York untuk jadi campaign face Constantine & Reed,
gue membayangkan intrik yang seru. Apalagi sebelumnya Ted bukan pilihan utama. Dan
bisa dibilang dia beruntung nggak sengaja ketemu Tina. Akan seru nih karena ada
konflik antarmodel. Tapi? Nanggung. Datar. Nggak ada konflik berarti.
Second: Di sinopsis dibilang Ted
mau jadi model karena bête semua perhatian keluarga tertuju untuk Ava. Dia ke
New York karena ingin ngebuktiin diri. Nyatanya? Gue pikir ada konflik berarti
kayak hubungan Ted-Ava yang nggak harmonis atau Ted yang egois, atau Ava yang
si cantik egois dan bikin Ted merasa terpinggirkan. Nyatanya? Nggak ada sama
sekali. No drama.
Meminjam kata Sherlock: BORING!
*semburin api kayak Smaug*
Third: Tina di Gaggia. Gila, ini
potensi besar malah disia-siain. Coba ya Tina dan Rudolf jadi menuntut yang
nantinya Ted akan dibelain Cassandra. Ini pasti akan keren banget.
Fourth: Ted-Nick. Hubungan mereka
nggak ada chemistry sama sekali. Ketemu
aja jarang. Lalu blahhhh mereka
ciuman aja di menjelang akhir.
Overall, gue nggak puas. Entah karena sejak awal gue udah dibutakan
oleh sinopsis yang wah sehingga berekspektasi tinggi atau simply karena gue
nggak terlalu suka dengan cara menulis Sophia Bennett. Padahal ada banyak
potensi konflik dan drama di sini.
Oh, atau mungkin gue memang
pecinta drama jadi drama serba nanggung gini bikin gue depresi.
Oh, at least ada satu yang gue suka dari novel ini, ketika Ted nemenin Ava mencukur rambutnya yang rontok karena kemoterapi. Ini bikin gue jadi tambah pengin ngeskin rambut atau minimal potong cepak banget *keinginan yang nggak pernah kesampaian*
0 Comments:
Post a Comment