Three Woman Looking For Love
Netty Virgiantini
Jana, Rena, Mona. Tiga sekawan
yang bertemu di reuni SMA dengan status sama: lajang. Usia mereka nggak
main-main, yaitu 37 tahun. Sudah masuk UP alias Usia Panik. Tekanan nggak cuma
datang dari keluarga, tetapi juga orang lain bahkan yang cuma ketemu sekilas di
Bank *ini serius*. Buku ini memotret usaha ketiga sahabat ini untuk mencari
jodoh mereka, mulai dari usaha yang make
sense sampai ke yang paling nggak masuk akal sekalipun. Mulai dari mencoba
nyolong kembang melati di keris penganten pria di pelaminan, dikenalin oleh
orang lain, sampai mendatangi paranormal segala.
Another girls and the gank stories. Yup, alasan gue baca buku ini
pun karena sedang riset tentang cerita girls
and the gank yang lagi gue coba bikin. Satu lagi, this novel is about a slag—single, lonely, and aging girls club *thanks
to Mbak yuska for this word—dan di novel yang gue bikin juga tentang slag
ini.
Setelah nggak puas dengan Dil3ma,
novel ini lumayan menghibur. It’s funny.
Mengingat umur mereka yang sudah nyaris mencapai kepala empat, gue nggak
nyangka aja bisa ya orang sudah berumur gini bertingkah kayak gini. But in other hand, gue ngerasa tingkah
mereka sebagai perwujudan rasa desperate
mereka.
Gue merasa buku ini dibagi menjadi
dua bagian. Bagian pertama bercerita tentang kelucuan dan semua usaha yang
dilakukan ketiga sahabat ini untuk mencari jodoh. Netty memberikan beberapa
contoh usaha yang bisa bikin ngakak. Lalu, mereka patah hati. Setelah patah
hati, gue merasa buku masuk ke bagian kedua, yaitu saat mereka mulai menemukan
jodoh masing-masing. Gue merasa cepat aja mereka dapat jodoh. Seolah-olah
penulis udah capek ngasih sepak terjang konyol mereka, lalu dikasih jodoh aja
deh gitu. Satu bab saja untuk satu jodoh. Mungkin ya, gue akan merasa lebih
enjoy jika sejak awal sudah ada clue siapa yang akan jadi jodoh mereka, nggak
cuma tiba-tiba nongol aja. Ada sih emang, di cerita Jani. Tapi, Rena dan Mona
semacam jodohnya tiba-tiba aja gitu.
But I love her writing. Tulisannya Netty benar-benar kocak. Setting di kota kecil dan tokoh yang so human menjadi semacam refreshing setelah kebanyakan cerita
bersetting kota besar. So metropolis.
Ini buku Netty kedua yang gue
baca. Pertama, Bittersweet Love, duet sama Adit, dan sukses banjir air mata. Di
buku ini, sukses ketawa.
Namun, ketika disuruh milih siapa
tokoh favorit, I don’t know. Nggak ada
yang bisa gue favoritin. Nggak Jani si tokoh utama. Malah gue gemes sama dia. Masa
iya jodoh akan datang dengan sendirinya kalau cuma berdoa doang? Trus, play hard to get dia yang nggak jelas
banget. Dooh! Mona juga nggak suka meski kisahnya yang paling tragis. Nggak bisa
respect aja sama Mona. Rena pun nggak
tahu kenapa, nggak bisa suka juga sama dia, padahal dia blak-blakan. Entahlah,
nggak dapet chemistry apa-apa sama
mereka bertiga.
But overall, nice story. Funny. Meski emosi gue datar sepanjang
nyelesaiin novel ini.
0 Comments:
Post a Comment