Dear Luke Garroway

2 comments
Ditulis untuk #30HariMenulisSuratCinta tema Surat untuk tokoh fiksi.

PS: Mengandung spoiler The Hobbit dan Being Human.


Kepada: Luke Garroway dan identitasmu yang lain di kehidupanmu terdahulu

Dear Luke Garroway
Saat ini, kita memang belum saling mengenal. Maksudku, aku belum mengenalmu. Namun percayalah, dalam waktu dekat aku akan mengenalmu.
Perjalanan tangan nasib tidak pernah kita duga. Begitupun perkenalanku denganmu. Berawal dari cerita lalu tiba-tiba saja namamu begitu penting untukku. Pertama-tama maafkan aku karena menjadikanmu nomor sekian. Tidak menjadikanmu sebagai prioritas nomor satu. Membuatmu dikalahkan oleh orang lain.
Namun, pernahkah kamu menyadari bahwa di kehidupan sebelumnya kita sudah bertemu? Dan di kehidupan sebelumnya ini pula aku jatuh cinta.
Dua kali. Aku jatuh cinta padamu dua kali.
Pernahkah kamu membayangkan jatuh cinta kepada orang yang sama sebanyak dua kali?
Dan seperti cinta di dalam kisah drama pada umumnya, aku pun berakhir di patah hati. Dua kali, Luke. Can you imagine it? Tahukah kamu bagaimana rasanya? Sakit. Setiap kali aku meneteskan air mata mengingat kepergianmu di kehidupan terdahulu, hatiku rasanya seperti diremuk.

John Mitchell.
Perjalanan tangan takdir membuatku mengenalmu. Kamu berumur seratus delapan belas tahun dan aku dua puluh tiga tahun. Sebuah jarak yang begitu kentara, tapi tidak pernah ada kata tidak mungkin dalam cinta. Aku mencintaimu, mencintai misterimu, kelebihanmu, juga sisi kelam dirimu. Aku mencintai caramu yang berusaha untuk terlihat biasa padahal kamu tahu, kamu tidak biasa. Kamu luar biasa. Kamu abadi tapi kamu mencoba berbaur dengan mereka yang tidak abadi.
Ingin rasanya aku melintasi lautan demi menujumu. Memberitahumu bahwa aku menerimamu apa adanya kamu. Tidak seperti mereka yang masih saja mempertanyakanmu. Malah, mereka mengkhianatimu. Membuatmu dikuasai emosi hingga terjadilah kejadian berdarah di tunnel 20.
Apakah aku membencimu? Tidak. Kamu punya alasan unutk itu. Alasan yang kamu pendam sendiri tanpa ada keinginan untuk berbagi. Alasan yang akhirnya membuatmu memilih untuk pergi dari dunia biasa ini karena takut tidak bisa mengendalikan diri lagi. Andai aku bisa, aku akan mencegahnya. Kamu layak untuk tetap hidup. Seratus dua ratus tahun tidak masalah. Kamu berhak untuk itu. Namun kamu memilih keputusan itu. Di tangan sahabatmu, kamu biarkan dia menancapkan pasak kayu di jantungmu dan membuatmu menjadi abu.
Kata sahabatmu, dia melakukannya karena mencintaimu. Dan aku di sini menangisi kepergianmu karena mencintaimu.
Namun tidak apa karena di kehidupan selanjutnya kita bertemu lagi.
Lupakan rambut keritingmu karena sekarang aku mengenalmu dengan rambut panjang dan identitasmu sebagai Kili.

Kili, Son of Dis, Heir of Durin
Tahukah kamu bahwa kamu sudah lama hidup dalam imajinasiku? Ketika akhirnya aku tahu kamu akan menjejak tanah Shire demi merebut kembali hakmu yang tercerabut sebelumnya, aku jatuh cinta lagi. Aku telah mengikhlaskan kepergianmu di kehidupan sebelumnya karena di kehidupan sekarang aku bisa bersama kamu lagi.
Aku mencintaimu. Senyummu. Tawamu. Caramu melepaskan anak panah. Meski kamu terlihat kucel karena pengembaraanmu. Dan aku menangis melihatmu terjebak gerombolan orc dan goblin yang menyeramkan. Aku mendoakan keselamatanmu, itu pasti. Andai aku bisa, aku akan memanggil Gwaihir atau Shadowfax dan meminta mereka membawaku melintasi Misty Mountain demi mencegahmu melakukan pengembaraan ini.
Namun sekali lagi waktu tidak mengizinkan kita untuk bersama selamanya karena sekarang, aku sedang menghitung waktu menuju kepergianmu. Sekali lagi kamu mengakhiri hidupmu. Kali ini bukan di tangan sahabatmu, tapi di tangan musuhmu. Kali ini kamu pergi karena tidak sanggup mengendalikan dirimu, melainkan sebagai pahlawan yang berhasil merebut kembali tanah leluhurmu. Tersenyumlah di pelukan kakak dan pamanmu. Bersiaplah kembali ke pelukan Aule, penciptamu, dan Eru Iluvatar, ayah angkat leluhurmu. Di sini aku berdoa semoga Elbereth senantiasa menyinarimu.
Sekarang, aku menikmati masa-masa kebersamaan kita. Di waktu singkat ini, aku ingin mengenang semua tentangmu. Kematian itu pasti. Nasibmu sudah digariskan semenjak tahun 1937. Kamu akan pergi di depan pintu gerbang istanamu.

Dear Luke Garroway
Kini, di saat aku tengah menikmati waktu bersama Kili, aku tahu jika di kehidupan mendatang aku akan bertemu kamu lagi. Di sosok yang berbeda. Namun kamu masih sama, masih memiliki kekuatan istimewa yang membuatku jatuh cinta.
Sekarang kita belum saling kenal namun aku janji, cepat atau lambat aku akan mengenalmu. Aku akan jatuh cinta padamu. Namun kumohon, jangan membuatku patah hati lagi. Jangan meninggalkanku lagi.
Ada rumor yang menyebutkan kepergianmu. Kumohon, bertahanlah. Jangan biarkan aku menangisi kepergianmu lagi. Dua kali sudah cukup. Aku tidak ingin ada yang ketiga.
Jadi kumohon, bertahanlah. John Mitchell sudah menjadi abu. Kili sudah pulang ke Hall of Mandos. Hanya tinggal kamu. Jadi, bertahanlah.

Salam sayang,
Pencintamu.
NB: Benarkah rumor yang kudengar bahwa di kehidupan keempat nanti kamu akan kembali? Kali ini dengan sepasang sayap dan kamu memilih tinggal di Eretz. Aku berharap rumor ini benar dan jika memang benar, kumohon, jangan pernah pergi. Akhiri kehidupanmu dengan senyuman. Jangan menebar air mata lagi.
NB 2: Kili, bisakah kamu membujuk Vala Mandos untuk memberimu kesempatan kehidupan kedua? Luthien pernah melakukannya dan dia mendapatkannya. Pesanku, carilah Luthien atau Beren, dan minta petunjuk mereka agar kamu bisa membujuk Vala Mandos. Berusahalah, karena di sini aku menunggumu.
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments

  1. kalau Akiva mati dia bisa dibangkitin jadi Chimaera kok if, asal soul-nya cepet ditemui Karou aja... Dont worry... hahaha...

    ReplyDelete
  2. Ya moga2 Kili ketemu Beren atau Luthien di Hall Mandos jadi diajarin caranya ngebujuk Vala Mandos biar dikasih kesempatan hidup kedua hahaha

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig