Maybe I’m a looser.
Lihatlah sekeliling, ada banyak
yang mereka banggakan. Lalu aku? Nothing. Menjalani kehidupan biasa dengan
banyak angan yang nyatanya harus berakhir di tempat sampah bernama realita yang
tak pernah sejalan dengan keinginan.
Seperti malam ini. Sendirian lalu
tiba-tiba saja menangis di bawah guyuran shower. Tanpa sebab. Mungkin saja itu
akumulasi perasaan kesepian/ketidakberdayaan yang selama ini dicoba untuk
dikamuflase dengan senyuman atau guyonan akan realita. Mungkin juga itu jeritan
hati yang selama ini dibekap dalam diam dan sebagai gantinya ditampilkanlah
suara tawa tanpa henti.
Mungkin.
Lihatlah sekeliling, ada banyak
pencapaian yang mereka bicarakan setiap bertemu siapa saja. lalu aku? Mengangguk-angguk
bagai sapi bodoh yang diam-diam memendam iri. Namun hanya iri karena begitu
langkah berbalik, pundak itu langsung terkulai turun.
Seperti mala mini. duduk
sendirian tanpa teman berbagi—dalam bentuk apapun. Bahkan kucing saja enggan
mendengar racauanku dan memilih untuk melengos pergi. Mungkin sepi malam adalah
cerminan apa yang selama ini ditutup-tutupi agar tidak ada yang mengetahui apa
yang sebenarnya dirasakan. Mungkin kekosongan malam adalah gambaran akan apa
yang nantinya membentang di hadapan.
Jadi, tidak semua tawa, canda,
dan kesenangan itu sesuai kenyataan. Seringnya, semua hanya kamuflase.
0 Comments:
Post a Comment