Tolong Jaga Hatiku
Oleh: Ifnur Hikmah
Sumber: weheartit.com
“Aku mau pergi jauh.”
“Kemana?”
“Jauh sekali.”
“Iya jauh, tapi
kemana?”
“Ke suatu tempat yang
tidak pernah kau bayangkan.”
“Oh ya? Tempat seperti
apa itu?”
“Pokoknya, di tempat
itu kau akan sendirian karena semua orang yang kau kenal ada di sini.”
“Mengapa kau ingin pergi
ke tempat itu? Mengapa kau tidak tinggal di sini saja? Bersamaku?”
“Dia menyuruhku pindah
ke sana.”
“Dia? Dia siapa?”
“Dia yang mengatur
semua yang terjadi padaku.”
“Ayahmu?”
“Bukan.”
“Ibumu?”
“Bukan.”
“Lalu siapa? Mengapa
dia berkuasa atas hidupmu padahal dia bukan orang tuamu?”
“Dia juga berkuasa atas
hidup orang tuaku.”
“Kau membuatku
bingung.”
“Kau tidak usah
bingung.”
“Tidak bisa. Aku
bingung, Pertama, kau bilang kau harus pergi ke tempat yang sangat jauh dan
tidak seorangpun yang kau kenal ada di sana. Kedua, kau bilang dia yang
menyuruhmu pindah.”
“J, sekarang kau
mungkin bingung, tapi nanti akan ada saatnya Dia menyuruhmu pindah juga.”
“Mengapa dia tidak
menyuruhku pindah sekarang? Kalau kita pindah bersama-sama, kau kan jadi punya
teman.”
“Belum waktumu, J.”
“Ah, kau membuatku
semakin bingung saja.”
“Makanya, tidak usah
kau pikirkan. Sekarang lebih baik kau memikirkan bagaimana caranya menghabiskan
bakso ini.”
“Ah kau ini. Sudah tahu
tidak suka pedas, ngapain kau masukkan sambal banyak-banyak ke dalam sana?”
“Aku penasaran karena
kau selalu makan bakso dengan banyak cabe. Aku ingin melakukan apa yang selalu
kau lakukan, J. Sebelum aku pergi.”
“Nah! Kau yang
menyuruhku untuk tidak memikirkannya, tapi sekarang kau malah membahasnya lagi.”
“Hahaha, maafkan aku,
J. Aku tidak akan membahasnya lagi. Sekarang, kau habiskan saja baksoku ini.
Perutku terlanjur melilit melihat kuahnya berwarna merah.”
“Kau ini benar-benar
menggemaskan.”
***
“Kalau aku pergi, aku
titip sesuatu ya?”
“Apa?”
“Hatiku. Tolong dijaga
ya meski aku nggak akan pulang lagi.”
“Kenapa kau nggak
pulang lagi? Untuk apa aku jagain hatimu kalau begitu?”
“Agar kau selalu ingat
aku dan memutuskan untuk melangkah maju saat aku pergi.”
“Bagaimana bisa
begitu?”
“Kau pasti bisa. Aku
percaya itu. Aku titip hatiku karena di sana aku tak lagi membutuhkannya. Di
dalam hatiku ini hanya ada kau, J.”
***
Dear
J
J,
aku telah pergi. Jauh. Jauh sekali. Dia telah memerintahkanku untuk pindah dari
dunia ini ke dunia baru yang dipersiapkannya untukku. Aku tidak bisa menolak Dia
J, karena Dia sangat berkuasa.
Maafkan
aku tidak sempat berpamitan padamu, J. Aku tidak ingin melihatmu menangis. Aku
tidak tahan melihatmu menangisiku. Cukup aku melihat tangisan mama, papa, dan
dek Ralphie saja. Sedangkan kamu? Aku ingin terus mengenang senyummu, J. Jika
sekarang kau menangis, kmu masih ingat ‘hukum 5 menit’ kita kan? Menangislah,
tapi cukup 5 menit saja. Setelah itu, kembalilah tersenyum.
Kau
ingat ucapan terakhirku? Kutitipkan hatiku bersamamu agar kau selalu terkenang
aku. Jangan jadikan titipanku ini beban di pundakmu, tapi jadikan ini sebagai
cambukmu untuk terus maju. Aku akan selalu melihatmu dari duniaku yang baru, J.
Aku
mencintaimu. Terima kasih telah balik mencintaiku dan memberikanku kehidupan
yang menyenangkan saat bersamamu.
Love,
A
***
“Aku mencintaimu, A.
Hatimu aman bersamaku.”
PS: Sebuah cerita lama yang ketemu waktu lagi ngeberesin file-file di laptop. Sayang kalau dibuang gitu aja meski udah nggak ingat lagi kapan tulisan ini dibikin.
kisah nyata mba'e?
ReplyDelete“Aku mencintaimu, A. Hatimu aman bersamaku.”
ReplyDeleteis it me?
@Maia: Nggak juga. Pure fiksi, hehehe.
ReplyDelete@Andrew: Is it you? Hmm... Bisa jadi, hehehe