Day 17: A Book I Read That Change My Views On Something

1 comment
Books? Ewww, it's so me. Ibaratnya nih ya, sebagian besar pengeluaran gue diperuntukkan untuk berbelanja buku, in my case, book is a novel ;p.

Gue sudah mulai berkenalan dengan buku semenjak kecil. Usia empat tahun gue udah lancar baca Bobo. Masuk SD, gue mulai baca Enyd Blyton, Ghoostbumps, STOP dan cerita lainnya. Meski akses untuk dapetin buku susah karena daerah tempat tinggal gue nggak memiliki toko buku besar. Satu-satunya Gramedia cuma ada di Padang, which is, gue harus menempuh waktu dua jam untuk kesana. Tapi, itu nggak mengurungkan niat gue untuk melahap buku-buku. Beruntung orang tua ngedukung, jadilah mereka nggak pernah marah tiap kali gue ngeborong di Gramedia.

Day 17: A book you read that change your views on something.

Mengikuti tema di atas, buku pertama yang membuka cakrawala berpikir gue adalah The Lord Of The Rings. Edisi pertamanya, The Fellowship of the Ring, dikasih si kakak sebagai oleh-oleh waktu dia pulang di semester pertama dia kuliah. Waktu itu gue kelas satu SMP. Anak-anak usia segitu biasanya paling malas ngelihat buku tebal dengan huruf kecil-kecil dan rapat, terlebih saat itu lagi booming-boomingnya Harry Potter. Sempat kesal awalnya karena gue minta Harry Potter tapi yang dibeliin malah ini. But, at that time, she said to me "Kenapa harus ikut tren sih? Baca aja dulu. Siapa tahu ini malah lebih bagus." Alhasil, dengan bersungut-sungut gue baca deh itu buku.

Satu halaman, dua halaman, tiga halaman, nggak kerasa gue udah ngehabisin waktu sepanjang siang melahap sampai halaman ke seratus sekian. Gue nggak pernah nyangka kalau buku yang awalnya gue terima dengan hati dongkol ternyata malah membuat gue jatuh cinta. Yup, i'm falling in love with LOTR, with Tolkien, with the Hobbits, with Middle Earth. Tolkien berhasil membawa imajinasi seorang anak kelas satu SMP di kota kecil mengelana jauh hingga ke Gerbang Mordor, Padang Isildur, daerah Shire, mengenal makhluk kecil bernama Hobbit yang lucu dan suka menyanyi, manusia gagah bernama Aragorn, keelokan kaum elf lewat Legolas, terpaku pada kekuatan sihir Gandalf, terpingkal-pingkal akan kecerewetan kurcaci bernama Gimli, merangkak ketakutan di bawah bayang-bayang penunggang gelap dan mata-mata Mordor. Gue nggak pernah menyesal pernah membaca buku ini. Meskipun akhirnya gue membaca Harry Potter, gue nggak merasakan seperti yang dirasakan teman-teman karena otak, hati, dan jiwa gue udah tersihir sepenuhnya oleh LOTR.

Buku kedua, The Two Towers gue beli di Padang berbekal uang yang dikasih Kak Diana *waktu itu dia belum nikah sama sepupu gue*. Gue maksa-maksa mama buat ke Gramedia sehabis nganterin Kak Diana dan Da Yan di bandara. Buku ketiga, The Return of the King, gue beli di Niagara pake uang jajan yang gue tabung.

Waktu SMA, gue mulai merambah teenlit Gramedia, tapi yang paling gue ingat saat itu adalah Tenggelamnya Kapal van Der Wijck karya Buya Hamka. Jadi ceritanya itu gue lagi beres-beres rumah dan ibu *kakak mama* nemu buku ini trus dikasih ke gue. Yang bikin gue senang banget yaitu itu buku edisi perdana alias diterbitin tahun 1939. Udah ringkih banget dan pake ejaan lama. Gue mati-matian baca itu buku dan langsung jatuh hati dengan cerita yang mendayu-dayu. Terlebih, buku itu berlatar belakang daerah Sumatra Barat dan adat Minangkabau yang merupakan asal usul gue, jadi gue berasa begitu dekat dengan isi cerita. Since then, gue membaca Grotta Azzura, Aku, Dari Ave Maria Hingga Jalan Lain Ke Roma, Layar Terkembang, Salah Asuhan, dan lain-lain. Buku itu koleksi mama yang ditemukan kembali setelah dibongkar-bongkar. Buku-buku klasik ini masih ada sampai sekarang dan beberapa udah gue bawa ke Jakarta. Sempat ada yang nawar mau beli Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sampai dua ratus ribu tapi gue nggak mau jual meski ditawar berapapun. Selain itu sudah lama, buku ini juga mengandung sejarah keluarga. Buku ini merupakan produk reject karena kesalahan cetak di halaman terakhir dan Mak Tin *kakak mama yang tertua* bekerja di Percetakan Nasional waktu itu. Beliau membeli buku ini untuk ibu dan mama. Beliau bekerja disini, membeli buku-buku reject untuk adik-adiknya karena cuma buku ini hiburan untuk di rumah. Upah beliau bekerja disana digunakan untuk membiayai sekolah ibu dan mama. Karena buku-buku reject itulah mama ingin jadi guru Bahasa Indonesia dan sekarang buku itu ada di tangan gue. Memory is expensive and money can't buy it.

*Lap air mata*

Menginjak usia kuliah hingga sekarang, finally i find myself in book. Maksudnya, gue ketemu buku yang benar-benar sejiwa sama gue and I enjoy it. I love Chicklit, including Roman Gagas Media, Metropop, Amore, Being Single and Happy, and Harlequin. Diantara itu semua, I'm into it banget sama Metropop. Bodo amat ada yang ngeledek gue karena suka novel ringan yang cheesy itu. Menurut gue, seringan apapun Metropop, tetap ada pelajaran didalamnya. Gue bisa tahu tentang pekerjaan seorang akuntan publik, banker, dokter bedah, ahli jantung, corporate lawyer, web design, dan lain-lain ya dari sana. Pernah ada yang ngehina gue *nggak usah sebutin namanya di sini* karena gue suka baca buku jenis ini sementara dia dengan bangga menenteng buku-buku berat kemana-mana. Gue sih bodo amat because I have my own style and I think that books yang cocok buat gue.

Gue nggak bisa nentuin buku mana yang paling gue suka, tapi ada beberapa nama yang kalau melihat nama itu, gue nggak usah pikir dua kali untuk membelinya. Beberapa nama itu NICHOLAS SPARKS *gue suka banget*, AleaZalea, Fira Basuki, Dee, Ika Natassa, Dahlian, Rina Suryakusuma, Stanley Dirgapraja, Donny Dirgantoro, Dewi Sekar, dan Syahmedi Dean.

Sekarang yang bikin gue sedih, semua buku LOTR gue nggak ketemu satu pun. Gue nggak ingat siapa yang minjem tapi yang pasti teman SMA gue. Yah, salah gue sih dulu nggak menjaga buku-buku gue jadi pada hilang deh. That's why sekarang gue jadi ketat banget ngejaga buku gue. Sampai sebulan belum dibalikin? Siap-siap aja gue teror via SMS atau sosial media. Pas lo balikin dan ternyata hancur? Saat itu juga lo masuk ke daftar hitam gue dan sampai kiamat tiba gue nggak akan minjemin buku-buku gue lagi *rolled eyes*.

Love,
iif

@Canteen, Plaza Indonesia 15.30 WIB
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

1 comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig