WORDISME

2 comments
One word: HAPPY!
Bagaimana saya tidak senang ketika menerima email balasan dari One day Workshop Wordisme (thanks for @gembrit who send me the good news) yang menyatakan saya terpilih menjadi satu dari 300 peserta untuk workshop menulis ini. Bagi saya acara ini adalah acara wajib karena disini saya bisa menarik ilmu menulis dari para pakarnya langsung. Terlebih kemudian saya tahu siapa saja pembicaranya.
Berikut sedikit oleh-oleh dari Wordisme. Semoga bermanfaat untuk yang nggak bisa datang.

Sesi 1: Pelatihan Jurnalisme Pop.
Pembicara: Petty S. Fatimah (Pemimpin Redaksi Majalah Femina) dan Reda Gaudiamo (Pemimpin Grup Majalah Wanita Gramedia)
Moderator: Indah Ariani (Lifestyle Editor Majalah Dewi)
*Ini sesi yang paling saya tunggu-tunggu. Yeah, you know me lah ya kan betapa into it banget gue sama majalah?*
Petty
1. Peluang untuk menulis di majalah terbuka lebar, termasuk bagi penulis lepas. Saat ini tidak hanya ada media konvensional tetapi juga media online, free magazine, dan in house magazine. Yang terpenting: kenali masing-masing media. Contoh: meski head to head, Femina dan Cosmopolitan itu berbeda sehingga harus tahu mereka membutuhkan penulis yang seperti apa.
2. "Majalah ini untuk siapa?" <-- ini penting untuk menentukan gaya tulisan.
3. Tentukan angle karena inilah pembeda masing-masing majalah. Contoh: tulisan travelling. Untuk Femina misalnya mengangkat shopping-culinary-travelling sedangkan untuk DEWI mengangkat high-art-and-cultural-travelling.
4. Invasion alias hiduplah di masanya karena majalah juga seperti itu. Hal ini terlihat jelas sekali di majalah remaja. *jika iseng sila buka Gadis 90-an dengan Gadis era sekarang*
5. Spesialis vs generalis. Pada awalnya, pekerja media harus bisa generalis namun dalam perjalanannya spesialisasi itu akan terwujud sendiri.
6. Ingin terlihat di antara banyaknya penulis lepas? --> Tulislah yang memiliki tema kuat dan penulisan yang baik dan benar.

Reda
1. Keahlian yang harus dimiliki --> gaya tulisan dan keahlian berbahasa. Berlatihlah dengan mengembangkan satu topik setiap harinya.
2. "KOSAKATA" ini penting karena pemilihan diksi juga harus dilihat berdasarkan majalahnya. Contoh, Gadis menggunakan kata "bisa" sedangkan di Femina gunakan "dapat", di majalah lifestyle menggunakan kata "adalah" di majalah ekonomi menggunakan kata "merupakan". Simple tapi berpengaruh besar kan?
3. Bagaimana cara mengenali majalah yang akan dituju? Pilih salah satu dan kulik sampai habis *seperti yang saya lakukan terhadap Cosmopolitan sehingga tidak heran jika banyak yang berkomentar kalau tulisan saya 'so Cosmo'*
4. Menulis --> sesuaikan dengan umur dan minat. Contoh: Meg Cabot. Udah tua tapi tulisannya selalu remaja karena minatnya disana.
5. Jangan terintimadasi oleh topik, kecuali untuk majalah yang benar-benar spesifik. Contoh: mau nulis soal pertanian ya pasti itu makanannya Trubus.


Sesi 2: Pelatihan Menulis Biografi
Pembicara: Alberthiene Endah
Moderator: Mayong Suryolaksono
1. Mengapa memilih biografi? --> ingin mengangkat kisah hidup seseorang yang menginspirasi dan efek lanjutannya adalah ingin agar hidup orang lain yang membaca akan berubah dengan tulisan tersebut.
2. Selama ini biografi kebanyakan berisi data sehingga kurang menarik pembaca. Namun bagi mbak AE, data diperlukan sebagai background, bukan body.
3. Hampir sama dengan kerja wartawan tetapi harus siap bertemu narasumber berkali-kali.
4. 3 hal yang harus diperhatikan: a) tahan mental, siap menghadapi emosi narasumber yang berubah-ubah dan tidak boleh cepat teringgung. Awali dengan mencari data sebanyak-banyaknya sehingga bisa menggali perasaan narasumber. Asahlah kemampuan agar peka dan care dengan sekitar, ini akan sangat membantu. b) kemampuan adaptasi, harus bisa menghormati siapa yang sedang berada di hadapan kita. c) stamina, karena harus berkali-kali menghadap narasumber dan siap mengikuti ritme hidupnya.
4. Yang diperhatikan saat memilih tokoh: a) punya kekayaan hidup, dengan kata lain from nothing to something. b) punya human interest yang tinggi. c) punya agenda terhadap tokoh tersebut. Agenda penulis dan agenda narasumber seringkali bertentangan sehingga harus bisa bargain semaksimal mungkin.
5. Hal-hal teknis: a) browsing data sebanyak-banyaknya sebelum bertemu narasumber sampai sudah merasa fit in dengan tokoh tersebut. Jika tidak bisa menemukan data di internet, dekati orang terdekat seperti keluarga. b) Wawancara maksimal 1,5 jam karena setiap orang memiliki tingkat kesegaran. Jika lama, dikhawatirkan jawaban akan melantur kemana-mana. c) Seminggu jangan sampai bolong, at least bertemu dua kali seminggu, untuk menjaga kesinambungan wawancara. d) langsung transkrip *mumpung masih segar*.
6. Bikin karya pertama, tinggalkan blue print agar bisa dilirik.
7. Kontrol diri harus ada karena bisa saja narasumber keasyikan bercerita sehinnga dia tidak sadar telah mengeluarkan statement yang nantinya dia akan sesali. Selalu tanyakan apakah dia oke atau tidak.
8. Hak cipta ditangan penulis.


Sesi 3: Meraih sukses dari blog.
Pembicara: Raditya Dika, Aulia Halimatussadiah (Olli).
Moderator: Miund

Artasya Sudirman (MC) dan Miund.
Ollie
1. Langkah blogging Ollie: a) berawal dari small steps *tentang apa yang dialami sehari-hari*. b) berkembang ke reaksi atas apa yang diawali di small steps itu. c) expertise blogging.
2. Blogging --> it's start with passion
3. Everybody has a story. Gunakan personal voice saat menulis blog.
4. Blog --> merubah challenge menjadi opportunity. Challenge akan selalu berdatangan, tergantung bagaimana sikap kita saat dia datang. Siapkah untuk menangkapnya atau membiarkannya berlalu begitu saja?
5. Agar blog dilirik --> Kembali lagi ke passion dan tulis apa yang disuka. Misal: Olli selalu menulis review terhadap gadget yang dia beli sehingga sekarang dia di-endorse oleh Acer. Olli selalu menulis cerita travellingnya sehingga sekarang dia sering dibayarin wisata.
6. Tips menulis blog: a) Kuasai cara menulis yang efektif --> judul catchy, kalimat pertama berisi summary untuk menarik perhatian pembaca untuk tetap bertahan di page kita, sub per sub dibikin pembeda yang jelas, sertakan link jika dibutuhkan.
7. Mengandalikan mood: maintain your energy. Cuma kamu yang tahu kapan waktu yang tepat untuk menulis. Olli memilih pagi hari sebagai waktu yang tepat untuk menulis sebelum dia memulai aktivitasnya.
8. Blog dan twitter --> sejalan, jangan dikotak-kotakkan. Salah satu cara promosi blog adalah dengan ngetwit tentang post terbaru di twitter *kalau bisa mention teman agar di retweet :p*
9. Memilih kata atau mengolah cerita? Memilih kata, seperti menggunakan aku dan kamu untuk menciptakan keakraban.

Radit
1. Menulis blog: tulislah sesuatu yang mau kamu bagi dengan orang lain sehingga tulisan akan jujur. Menulis blog harus dari dalam hati dan tentang yang disukai agar keluar tulisan yang jujur. Jangan memasang target agar blog terkenal atau dibukukan karena hanya akan menjadi beban dan tidak akan melahirkan tulisan yang jujur. Dengan kata lain, tulisannya kering.
2. You don't have to be better, you just have to be different <-- positioning agar terlihat diantara rimba blog.
3. Lebih baik menulis satu halaman jelek daripada nol halaman tanpa kata, karena dengan begitu kita jadi punya satu halaman jelek yang bisa diperbaiki. *NOTED!!!*
4. Teruslah menulis, ada atau tidak ada pembaca.
5. Maintain pembaca dengan cara memperlakukan mereka sebagai teman. Membalas komentar mereka, menarik ide dari mereka, dan menarik feedback dari mereka.
6. Memilih kata atau mengolah cerita? Diksi tidak terlalu diperhatikan. Memilih diksi yang sederhana akan membuat makna yang ingin disampaikan cepat diterima oleh pembaca. Pola bercerita dan cara menyampaikan cerita itulah yang penting.
7. Mengatasi mood: Tabrak saja dengan tetap menulis meski akhirnya jelek dan perbaiki plot karena mungkin sedari awal plot sudah salah.
8. "30 Pages blah" alias istilah saat sudah menulis beberapa halaman *dipatok 30 halaman karena biasanya seperti ini* tapi kemudian muncul pemikiran "ini gue mau nulis apa sih?". Kesalahannya adalah dalam penyusunan plot.


Sesi 4: Penulisan menulis fiksi novel/cerpen
Pembicara: Djenar Maesa Ayu, Clara Ng, Hetih Rusli (editor GPU), Windy Ariestanty (pemimpin redaksi fiksi Gagas Media).
Moderator: Hilbram Dunar

Windy Ariestanty, Hetih Rusli, Clara Ng, Djenar Maesa Ayu, Hilbram Dunar
Djenar
1. "Saya menulis karena saya butuh untuk menulis"
2. Terbiasa menulis tanpa konsep karena dirinya bukanlah subjek melainkan objek yang digerakkan oleh sesuatu yang sangat besar bernama inspirasi.
3. Practice makes perfect! Semakin banyak menulis membantu kita untuk mencari tahu kesulitan yang dialami sendiri. Menurut Djenar, setiap orang memiliki cara sendiri yang bisa didapat dengan menulis.
3. Pengalaman pribadi vs fiksi. Pengalaman pribadi tidak harus secara harafiah masuk ke tulisan. Bisa saja memasukkan pengalaman orang lain yang tidak dialami sendiri tetapi turut bisa merasakannya.
4. "Kenali Diri Kamu" sehingga kamu bisa menulis apa yang benar-benar kamu mau..
5. Proses yang dilalui: a) proses kreatif. Disini Djenar tidak mau diganggu oleh siapapun, termasuk itu pembaca, editor, penerbit, media dan lain-lain karena tulisan adalah hadiah untuk diri sendiri. b) kenali penerbit dan pembaca.
6. Bahasa merupakan kendaraan untuk mengkomunikasikan pikiran. Kalau bertemu satu kata yang menurutmu bisa langsung mengkomunikasikan apa yang kamu mau (bersifat komunikatif), gunakan itu, tidak perlu menggunakan kata lain yang berbunga-bunga. Djenar mencontohkan: penis as a penis, simple, right?
7. Seorang penulis harus kuat dengan kesunyian, harus kuat menampung ide yang dikeluarkan tetapi mengalami kesulitan dalam menuliskannya hingga sampai di satu titik kita bisa mengenai diri sendiri.

Clara
1. Tiga hal utama: Setting, Karakter, Plot. Clara tidak terlalu memerhatikan plot karena punya pemikiran "saya punya cerita". Plot yang biasa dipakai: pembukaan *seperti apa?*, benang merah, dan konklusi.
2. Cerita mungkin sama, tapi audiens selalu berbeda-beda sehingga harus dipikirkan pembaca seperti apakah yang dituju?
3. Dalam menulis, kenali diri sehingga kamu bisa tahu gaya penulisan seperti apa yang kamu mau. Sementara untuk masalah teknis bisa diperbaiki dengan latihan terus menerus.
4. Level berbahasa: mengerti (apa yang diucapkan), membaca, berbicar,a menulis (menyampaikan apa yang ada di pikiran).
5. Naskah yang tidak selesai berarti di belakang penulis ada kuburan kata-kata yang menuntut untuk segera diselesaikan. Watch out!
6. 3 babak fiksi: Pengenalan karakter, konflik, dan bagaimana menyudahinya. Plotnya selalu sama, tinggal mengubah-ubahnya. Pembeda terletak di cara penulisan.
7. Mendapatkan ide berdasarkan nature of the writer: a) peka atau sensitif sehingga tahu dengan perasaan orang lain yang tidak dialami sendiri, b) harus bersikap seperti spon (bisa menyerap) karena penulis harus bisa melihat dan menyerap apapun, tidak hanya pengalamannya saja tetapi juga pengalaman orang lain. c) memiliki kacamata unik, bisa melihat sesuatu yang biasa menjadi tidak biasa. Bagi orang awam, rumput ya rumput, tapi bagi penulis rumput bisa berarti rumah untuk kepik, temat berlindung, dan sebagainya.
8. Riset itu penting tetapi harus tahu gagasan yang ingin diutarakan. Terlalau banyak riset bisa membuat lupa bercerita sehingga yang dihasilkan seperti ensiklopedia.
9. Ide itu murah, yang mahal adalah ketika menginvcestasikan waktu dan ide ke dalam tulisan.
10. Setiap ide harus punya konflik. Konflik adalah sesuatu yang sangat ingin dimiliki dan mengalami tantangan dalam mendapatkannya.
11. Cerita anak-anak: menjaga bahasa, menentukan usia yang dituju, menentukan ilustrasi dan memilih tema (apakah cocok dengan perkembangan anak?)

Hetih
1. Tema apapun bisa ditulis. Yang terpenting adalah cara menuliskannya.
2. Bahasa penting karena editor lebih melihat ke pembacanya siapa?
3. Bagi editor: nggak peduli penulis nulis sampai berdarah-darah, memang pembaca peduli? Yang mereka mau hanyalah tulisan yang sempurna.
4. Setiap naskah itu memiliki takdirnya sendiri. It's a miracle, tapi Hetih percaya bahwa tulisan akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai ke tangan editor.
5. FIksi adalah karya yang paling susah diplagiat. Satu tema sama akan berbeda karena cara bercerita setiap orang berbeda-beda. Terinspirasi mungkin saja, tapi tidak plagiat.

Windy
1. Setiap penerbit memiliki peraturan berbeda sehingga calon penulis harus bisa mengenali peenrbit yang dituju. Ini berkitan dengan jenis tulisan yang dituju.
2. Editor masih butuh pembaca awam untuk memberi penilaian karena banyaknya naskah yang dibaca membuat editor sampai di satu titik diaman dia jadi tahu segala hal.
3. Kenali calon pembaca karena ini menentukan teknik bercerita. Jika target adalah remaja, remaja yang seperti apa? Karena remaja kota besar berbeda dengan remaja pesantren.
4. Editor harus selalu siap mengembalikan penulis ke jalan yang benar karena penulis seringkali melantur kemana-mana karena keasyikan. Pengembangan cerita di tengah jalan bisa saja terjadi, sehingga editor dan penulis harus kembali merembukkannya.
5. Elemen dasar fiksi: karakter (tergambar melalui dialog) dan plot (penentu jalan cerita, blue print sebuah cerita)


Sesi 5: Pelatihan Menulis Skenario
Pembicara: Salman Aristo, Alexander Thian, Aditya Gumay
Moderator: Artasya Sudirman
Salman
1. Teknik itu penting. Perhatikan medianya karena menulis untuk novel dan skenario itu berbeda.
2. Dalam novel penulis mengenal cinta, rindu, sedih, bahagia, marah, dan berbagai jenis emosi lainnya, sementara yang dikenal oleh skenario adalah tampar, tertawa, menangis, peluk, ml, dan aktivitas lainnya.
3. Dalam menulis skenario, ingat bahwa menulis untuk visual sehingga deskripsi itu penting.
4. Bahasa skenario itu lugas. "Dia menatap geram orang didepannya" <-- novel, kalau dalam skenario "dia menampar orang didepannya". Dalam skenario, menulislah untuk apa yang bisa dilihat dan didengar.
5. Penguasaan terhadap teknis merupakan jembatan dalam menulis skenario (WS Rendra).
6. Skenario berangkat dari premis (seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu tetapi ada tantangan atau hambatan dalam meraihnya). Premis inilah yang kemudian dibedah menjadi beberapa kemungkinan ending. Contoh: seorang perempuan ingin meminta pertanggungjawaban pacarnya karena hamil diluar nikah tetapi saat itu si pacar sedang dalam proses operasi pergantian kelamin. Beberapa kemungkinan ending: a) si pria menolak bertanggung jawab dan tetap operasi, b) si pria batal operasi dan bertanggungjawab, c) si pria tetap operasi dan bertanggungjawab. Dengan membedah premis menjadi beberapa kemungkinan ending, maka satu cerita bisa terjalin.
7. Elemen skenario sama dengan novel: karakter, konflik, dan tujuan. Yang paling penting adalah interaksi yang kuat antara plot dan karakter.

Alex
1. Dalam menulis skenario, pikirkan apakah ini menulis untuk film atau sinetron? Jika film maka yang dibutuhkan hanyalah satu peristiwa saja, sementara sinetron lebih kompleks. Setidaknya perhatikan 10 episode awal.
2. Skenario harus berangkat dari premis yang kuat. Contoh: sepasang kekasih menjalin hubungan percintaan di kapal mewah dan kapal itu tenggelam. (Titanic)
3. Dari premis ini kemudian dikembangkan menjadi sinopsis. Sinopsis sinetron memiliki banyak konflik dan banyak tokoh.
4. Saat menulis skenario, bayangkan didepan ada sebuah frame sehingga kemampuan mendeskripsikan sesuatu bisa menjadi lebih mudah.

Aditya
1. Penulis skenario harus sadar diri, dia menulis untuk siapa dan untuk apa.
2. Skenario merupakan kerja tim sehingga antara satu tim dan tim lain saling berkesinambungan. Skenario dan sutradara harus sejalan sehingga apa yang diinginkan penulis skenario bisa direalisasikan. Begitu juga halnya dengan penulis skenario, harus bisa menahan kreativitasnya dan menyesuaikan dengan keterbatasan perfilman Indonesia saat ini.
3. Cerita harus memiliki konflik.
4. Sebuah naskah layak tayang atau tidak berarti sejauh mana naskah tersebut layak diterima oleh masyarakat.
5. Golden scene: penulis skenario harus memikirkan golden scene, yaitu scene yang akan selalu diingat. Setidaknya, minimal harus ada 10 golden scene. Setelah menemukan golden scene ini, baru kemudian menyusul scene-scene berikutnya.
6. Jika tidak suka dengan tayangan televisi, jangan menjadi silent majority. Speak up!


Apa yang saya rangkum ini mungkin tidak lengkap karena ini berdasarkan kepada catatan saya, so feel free untuk peserta lain yang ingin menambahkan *penting banget malah*. Banyak sekali ilmu bermanfaat yang bisa diraih melalui one day workshop ini. Acaranya seru *terlebih gratis* dan meriah. Dari segi pembicara saja sudah membuat siapapun meneteskan air liur kan? So, many thanks to all committe, especially mbak AE.

All committee: Artasya Sudirman, Jia Effendie, @OmAbdi, @rseptiaji, @monstreza, mbak AE, @gembrit, mbak Olli (minus @rahneputri dan Sitty Asiah)

Berikut beberapa foto lagi *dengan saya sebagai tokoh utama* ;p
Berkesempatan duduk paling depan karena mbak Yuska datang pertama sehingga bisa take in tempat paling depan. Beruntung banget bisa paling depan.

Me, @hildabika (from SUrabaya), @yuska77 @adit_adit

Bersama yang punya hajat alias penggagas acara, Alberthiene Endah.

@danissyamra, mbak AE, me, @adit_adit, @hildabika

Berdua mbak AE

*moga kecipratan suksesnya*

Bersama salah satu selebtwit @aMrazing alias Alexander Thian

me, Alex, @adit_adit, @hildabika, @danissyamra, @yuska77

Spesial appearance, @zarryhendrik yang khusus datang atas permintaan mbak AE untuk support acara ini *ya panitianya juga temen-temen dia juga sih ya*, dan foto bareng Bang Jepri sukses bikin iri teman-teman *maklum, selebtwit, hihi*

me with @zarryhendrik

Sayang sekali mbak Petty, mbak Reda, Tante Miund, mbak Clara, dan mbak Djenar udah pulang duluan sebelum acara selesai jadi nggak bisa foto *mau banget foto sama Miund*. Dan ada iIa Natassa juga yang datang atas permintaan minta mbak AE tapi nggak sempat foto karena dia udah keburu pulang (ya, mungkin kerugian duduk paling depan adalah nggak bisa leluasa keluar masuk, but it's oke)

Bersama penulis rusuh plus Anggi

@anggritadesyani, @danissyamra, me, @adit_adit, @hildabika

Bareng jurnalsista yang juga ikut acara ini.

@syarifahnuraida, @anggritadesyani, @nanienyuniar, me

So happy today. Moga lain kali ada lagi dan saya bisa ikutan kembali, yeeaiiiii

*Foto seadanya bermodal si beri hitam. Maaf untuk semua acara dokumentasinya kurang lengkap. Part yang tidak ada fotonya berarti saat acara itu berlangsung BB sedang di-charge*.

Love,
iif

PS: Untuk info lainnya search aja di twitter #wordisme
SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments

  1. Ah, aku gak ketemu Zarry. Dia dateng toh? *sirik* :P

    ReplyDelete
  2. Bahkan kita nggak ketemu Dev, hihihi. Iya, dia dateng. Gue ketemu dia pas udahan di belakang, hehehe

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig