A: First Love Never Dies

Leave a Comment
Maybe first love never ever dies, thats why I'm still in love with you, hold me close and look into my eyes, and tell me you dont feel it too, the way it used to be when you told me, it would be forever, you and me together. And, we never really said goodbye, we never really said its over, we never really said goodbye, first love never dies. When I saw you I could hardly speak, you're just as beautiful as ever babe, I guess it's still the same mystique, first love never dies. Maybe you just wasted all of your love, we can't go back but we go on, singing love songs we have once begun, before we drifted far apart, before I knew I lost my heart, we'll live forever, only you (only you), with my life together. We never really said goodbye, we never really said its over, we never really said goodbye, first love never dies. When I saw you I could hardly speak, you're just as beautiful as ever babe, I guess it's still the same mystique, first love never dies. The first love, never dies, it never dies (it never does), first love never dies. We never really said goodbye, we never really said it's over, we never really said goodbye, first love never dies.
First Love Never Dies - Eugene Wilde ft Joanna Gardner
Saya ingat kamu, seseorang yang pernah memberi rasa di kehidupan saya bertahun lalu. Seseorang yang ada di setiap jejak langkah kaki saya ketika dunia masa kecil masih melingkupi kita.
Kamu, ya kamu. A.
A, ingatkah kamu ketika kita bersepeda keliling lapangan di sebelah rumahku? Lalu kamu bilang itu cupu dan kamu mengajakku ke jalan raya, ke jalanan perumahan mewah tak jauh dari rumah kita hingga akhirnya kita sampai di belakang SD tempatku menimba ilmu. Atau kamu mengajakku ke sungai kecil yang agak jauh dari rumah meski mama melarang kita ke sana karena tempat itu sepi dan jalannya menanjak serta menurun. Tapi kamu abaikan kata-kata mama. Katamu, kalau tidak dengan cara itu, kapan aku berani? Selamanya aku hanya akan jadi anak manja.
Ya, manja. Itulah aku, di mata semua orang.
Dan kita pun baru pulang ketika maghrib hendak menjelang. Tentu saja, disambut dengan kemarahan mama. Tapi, besok kamu kembali datang dengan ide baru.
Begitulah hingga kita beranjak remaja.
Ah A, begitu banyak kenangan akan kamu.
Sahabat. Ya A. Kamu sahabat baikku. Semenjak kecil hingga masa awal kehidupan remajaku, kamulah teman terbaik yang diberikan Tuhan untukku.
Tapi, bertahun bersama membuatku tak mengerti akan adanya sebuah rasa, rasa yang perlahan tumbuh. Tapi rasa itu memilih untuk mengendap, mengalah demi rasa lain yang telah dulu ada, persahabatan.
Butuh waktu enam tahun sejak hari itu ketika ku sadari bahwa aku telah ada rasa untukmu, setelah selama ini hanya ada rasa berbayang sahabat.
Rasa itu, cinta.
***
"Main PS aja terus."
"Kenapa?" A mendelik.
"Kemarin main PS. Kemarin lusa juga main PS. Pulang sekolah langsung main PS sampai malam," I terus menggerutu.
Sementara itu, A hanya tersenyum simpul. "Abis seru sih," jawabnya acuh.
I mendelik. "Seru apanya. Buang-buang duit aja tau."
A mengacak rambut I yang memberengut. "Anak manja. Udah ah, aku pergi dulu. Kamu pulang sendiri aja ya. Bye...."
I memberengut kesal. Semenjak mesin bernama Play Station itu memasuki kawasan tempat tinggal mereka, A jadi keranjingan permainan itu. Setiap hari dia pasti menyambangi tempat rental PS di dekat rumah mereka. Jika selama ini A selalu menghabiskan waktu bersama I, sekarang A lebih suka berlama-lama di rental itu.
Sekali lagi, setelah hari-hari sebelumnya juga dikecewakan A, I pulang ke rumah sendirian.
***
"Kamu....."
"Ampun, ampun. Sumpah, aku beneran lupa."
I cemberut. Kesal. Lagi-lagi A mengutamakan permainan sialan itu daripada dia.
"Kamu lupa? Kan kita sudah janji dari minggu lalu A."
A memasang tampang memelas, berharap I luluh dan memaafkannya, seperti yang selama ini I lakukan jika A membuatnya kesal.
Tapi kali ini kekesalan I sudah sampai puncak.
Pasalnya, minggu lalu A telah berjanji akan menemani I ke toko buku untuk membeli buku teks Biologi. Setiap hari, I selalu mengingatkan A dan A bilang tak kan lupa. Tapi buktinya? Seharian ini I menunggu tapi A tak kunjung datang. Ketika I ke rumah A, hanya ada ibunya. Ibu A bilang kalau anak itu sudah pergi sejak tadi pagi. Refleks I langsung menuju rental PS yang tidak jauh dari rumah A.
Benar saja. Ada sepeda motor A terparkir di halaman depan tempat rental tersebut. itu artinya, A ada di sana.
Melihat I yang datang dengan wajah mengajak perang, A langsung sadar dan teringat janjinya. Tapi, sumpah demi penguasa langit dan bumi, dia benar-benar lupa. Semalam, sebelum pulang teman-temannya menantang dia tanding PS pagi ini. Oleh karena A belum pernah menang sekalipun, dan karena bosan terus-terusan di anggap pecundang di antara teman-temannya, maka dia langsung mengiyakan tantangan tersebut.
"Ya udah yuk kita pergi sekarang," ajak A seraya menggandeng I menuju motornya yang terparkir tidak jauh.
I menyentakkan tangan A hingga terlepas. "Nggak usah. Keburu males."
Dengan cemberut I pulang.
"Ngambek lagi deh," gumam A pelan dan langsung berbalik arah mengikuti I.
Selama 10 tahun mengenal dan berteman dengan I membuat A tahu segala hal tentang perempuan itu. Dan I adalah tukang ngambek ulung. Menjadi yang terkecil di keluarga besarnya membuat semua keinginannya selalu dituruti. Kakak-kakaknya -sepupu I maksudnya- selalu memanjakan dia. Terlebih karena jarak umur I dan kakaknya lumayan jauh. Sepupu-sepupu I lebih jauh lagi jaraknya. Tidak heran jika I tumbuh menjadi anak yang manja. -Ssttt, jangan bilang-bilang I ya. Dia paling kesal kalau dibilang manja, hehe-.
"Ayolah, jangan ngambek."
I berbalik. Saat itu, mereka sudah sampai di depan rumah I. "Bodo."
I pun masuk ke dalam rumahnya. Sejurus kemudian, suara penyiar radio bergaung dari dalam rumah itu. A menghela nafas. Itu pertanda kalau I beneran ngambek.
***
I menunggu dengan gelisah di depan gerbang sekolah. Semalam akhirnya dia memberi kesempatan pada A dan A berjanji untuk menemaninya ke toko buku hari ini sepulang sekolah. Karena mereka beda sekolah dan sekolah I lebih dekat ke pasar maka mereka berjanji di depan sekolah I. Tapi, setelah lebih satu jam menunggu, A belum datang-datang juga. I kesal. I curiga A terjebak dalam mesin bernama PS itu lagi.
Arghhh.... I benar-benar kesal sekarang. Dia paling benci harus menunggu lama.
Setengah jam berlalu. A belum datang-datang juga.
I kesal. Kali ini benar-benar kesal. Akhirnya I memutuskan untuk pulang. "Terserah dia aja. bete. Jangan harap kali ini aku mau maafin dia lagi. Sampai dia amti pun nggak bakal dimaafin. Dasar PS sialan. Main PS aja terus sampe mati, lupain aja temen sendiri," gerutu I dalam hati.
Tanpa menunggu kedatangan A, I menyetop angkot menuju rumahnya. Tapi, nasib buruk sepertinya masih menghinggapi I karena di pertigaan yang tidak jauh dari sekolah terjadi kemacetan karena ada kecelakaan.
Tapi I tidak peduli. Hari ini adalah hari sial sedunia, tegasnya dalam hati.
Namun, siapa sangka begitu dia sampai di rumah, sebuah kejutan menunggunya.
Mama tampak habis menangis dan langsung memeluknya begitu dia membuka pintu. Tanpa berkata apa-apa, mama mengajak I pergi. Beliau sama sekali tidak mempedulikan keberatan I yang mengeluh capek karena baru pulang sekolah.
Ternyata mama mengajak I ke rumah A. Di rumah A lagi banyak orang. I heran, ada apa?
Semua orang di sana menangis, termasuk mama. Setengah jam kemudian, keheranan I terjawab sudah.
***
Sebuah ambulance datang seraya membawa sesosok tubuh yang sedikitpun tak pernah terbayang atau terpikir oleh I akan berada di dalam mobil itu.
***
Kecelakaan di pertigaan dekat sekolah I mengubah segalanya. I teringat akan sumpah serapahnya di tengah kekesalannya akan A yang tak kunjung datang. Dia telah salah paham dan asal menuduh saja. A tidak datang bukan karena keasyikan di depan kayar PS melainkan karena sebuah angkutan kota menabrak motornya tanpa ampun.
***
Menyesal. Ya, hanya itu.
We never really said goodbye, we never really said its over, we never really said goodbye, first love never dies.
Ya A. Kita tidak pernag mengucap kata pisah. Sekalipun kata selamat tinggal tidak pernah terucap dari bibirmu. Kamu pergi begitu saja, meninggalkan aku, sendirian, tanpa pamit dan tanpa kata apa-apa. Kamu pergi begitu saja, mendadak, di saat aku masih berhutang banyak padamu. Sumpah serapah itu A, itu menghantuiku selama ini.
A, benarkah kamu sudah tiada? Mengapa begitu sulit untuk mengakuinya? Mengapa dadaku begitu sesak A? Haruskah aku menagis? Atau meronta? Untuk apa? Akankah itu membawamu kembali?
Karena sejujurnya aku masih butuh kamu.
Ya, aku butuh kamu.
I'm gonna live my life, like everyday's the last, without a simple goodbye, it all goes by so fast. And now that you're gone, I can't cry hard enough, no I can't cry hard enough, for you to hear me now. Can I open my eyes, and see for the first time, I've let go of you like a child letting go of his kite. There it goes, up in the sky, there it goes, beyond the clouds, for no reason why, I can't cry hard enough, no I can't cry hard enough, for you to hear me now. Can I look back in vain and see you standing there, with all that remains, it's just an empty chair. And now that you're gone
I can't cry hard enough, no I can't cry hard enough, for you to hear me now. There it goes, up in the sky, there it goes, beyond the clouds, for no reason why, I can't cry hard enough, no I can't cry hard enough, for you to hear me now.
Can't Cry Hard Enough - The William Brothers
Kalau saja tangis dan air mata bisa membawamu kembali, tentu sedari dulu kau sudah ada di sini. Kembali menemaniku. Datang ke hadapanku dengan ide konyolmu yang membuatku tidak lagi bersikap manja. Ah A, tahukan kamu bahwa kepergianmu telah menghapus kemanjaanku? Keegoisanku berujung maut, tapi bukan aku. Itu kamu. Tingkah kekanak-kanakanku menyebabkan aku harus menanggung sesal seumur hidup.
Sesal karena sampai kapanpun aku tak kan pernah bisa meminta maaf padamu. Dan kamu? Akankah kamu memaafkanku? Akahkah hidupmu sekarang lebih menyenangkan karena tak ada lagi makhluk pengganggu seperti aku?
Ah A. Masih banyak cerita yang ingin ku ukir
Dan tangis tak kan pernah mencapai kata 'cukup'.
Tak kan pernah habis airmataku, bila ku ingat tentang dirimu, mungkin hanya kau yang tahu, mengapa sampai saat ini ku masih sendiri. Adakah di sana kau rindu padaku, meski kita kini ada di dunia berbeda, bila masih mungkin waktu kuputar, kan kutunggu dirimu. Biarlah ku simpan, sampai nanti aku kan ada di sana, tenanglah dirimu dalam kedamaian, ingatlah cintaku, kau tak terlihat lagi, namun cintamu abadi.
Butuh waktu enam tahun hingga akhirnya ku sadari, telah ada rasa lain untukmu. Rasa yang memilih untuk mengalah karena kata 'persahabatan' hadir lebih dulu.

For you, A. My first love *yang baru ku sadari sekarang*.
First love never dies eventhough you are gone forever.

love *and cry*

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 Comments:

Post a Comment

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig