Peri Cintaku - Perbedaan Kita

4 comments
Di dalam hati ini hanya satu nama
Yang ada di tulus hati ku ingini
Kesetiaan yang indah takkan tertandingi
Hanyalah dirimu satu peri cintaku
Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai
Aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi
Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai
Bukankah cinta anugerah berikan aku kesempatan
Tuk menjaganya sepenuh jiwa
Nggak sengaja dengerin lagu Marcell Siahaan yang berjudul Peri Cintaku. Hmm.. OK OK, saya ngaku kalau saya telat dengerin lagu ini, tapi karena saya adalah seorang oldies freak dimana lebih menyukai lagu lama ketimbang lagu baru maka rasanya sah-sah saja jika pengetahuan tentang lagu baru saya agak menyedihkan #excuse. Begitu dengerin lagu ini, kesan pertama, hm... biasa saja. Ya, tipikalnya lagu Marcell yang lirih dan menyayat-nyayat. But, ketika telinga saya menangkap sebaris liriknya, saya langsung tersentak. Lirik tersebut yaitu:
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Mendengar lirik itu, ingatan saya langsung melayang ke seseorang. Yup, Steve. Kenapa Steve??
Entahlah...

Kemudian saya berpikir....
Jika -once more, ini hanya sekedar pengandaian- saya ternyata diizinkan untuk bersama Steve, apa yang akan terjadi? Perbedaan itu terlalu besar. Meskipun banyak yang bilang, perbedaan justru akan memperkuat dan memperkaya sebuah hubungan, saya sangsi kalimat itu ampuh jika diterapkan dalam kasus saya dan Steve. Karena perbedaan itu bukan hanya satu dua, tapi banyak.
Pertama, berangkat dari lirik lagu di atas, "Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda". Perbedaan agama jelas bukan suatu permasalahan yang bisa di anggap enteng. Saya jadi ingat salah satu postingannya Laire Siwi yang berjudul "It's not a trivial thing" (baca di sini http://lairesiwi.wordpress.com/2010/07/21/its-not-a-trivial-thing/). Well, cinta dan kepercayaan seringkali berbenturan. Di satu sisi, kita sudah memegang kepercayaan itu sejak lama tapi di sisi lain, kita juga tidak bisa mengelak ketika dijatuhi cinta. Lalu, mengapa cinta dan kepercayaan tidak bisa seiring sejalan???
Saya sering bertanya-tanya: Lebih baik mana, menikah dengan orang yang tidak kamu cintai tetapi segama atau menikah dengan orang yang kamu cintai tapi berbeda agama??
Pertanyaan yang susah, tapi bukankah setiap agama mengajarkan hal yang sama? Bahwa setiap manusia harus saling mencintai? Lalu, kenapa ketika sudah saling mencintai malah harus terbentur masalah karena perbedaan kepercayaan? Tuhan memang satu, lalu mengapa harus mengotak-ngotakkan agama? Kan kasihan mereka yang tidak bisa bersatu hanya karena perbedaan agama padahal mereka saling cinta. *refers to lirik lagu Marcell.
Balik lagi ke kasus saya dan Steve. Saya dan Steve hanya berupa pengandaian. Saya memang pernah jatuh cinta kepadanya, tapi itu dulu, sebelum saya menyadari betapa banyaknya perbedaan di antara kita dan kemungkinan untuk bisa memiliki dia sangatlah tipis. Terlepas dari perbedaan agama yang sangat mencolok, kepribadian, keseharian dan pemikiran kita pun ibarat kutub positif dan kutub negatif.
Seperti kepribadian. Dia adalah tipe orang yang let it flow tapi mengambil banyak kesibukan. Akhirnya malah kelabakan dan seringkali skip. Dia suka sibuk. Lalu saya? Saya memang suka sibuk tapi setiap kesibukan yang saya ambil pasti berdasarkan pemikiran matang, apa untungnya kesibukan ini demi masa depan saya? Saya bukan tipe orang yang let it flow, punya keinginan jelas dan tanpa disadari, well, sedikit ambisius. Apakah mungkin orang yang rela melakukan apa saja demi memenuhi keinginannya dengan orang yang santai dan membiarkan semuanya berjalan seiring waktu akan bisa bersama? Dia pernah bilang bahwa "waktu 24 jam itu panjang dan bisa digunakan untuk menyelesaikan banyak hal" sementara saya berpikir "waktu 24 jam seringkali terasa kurang jika dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan".
Contoh lain, seseorang yang menyenangi politik dan diskusi tentang isu sosial serta memenuhi pikiran tentang 'keadaan Negeri ini' jika di ajak ke runway Adesagi Kirana atau launching butik baru Danjyo Hiyoji atau launching koleksi fall/winter KLE, apa yang akan terjadi? Dia pasti akan merasa tersesat. Nah, bagaimana jika sebaliknya? Seseorang yang lebih tertarik dengan perkembangan gosip artis Hollywood dan excited dengan desain terbaru seorang desainer atau lebih memilih nonton pagelaran busana daripada ngerjain tugas kuliah, lika di ajak ke diskusi partai politik atau membahas keadaan negeri ini yang makin hari makin parah atau mungkin ikut demo?? Bisa dipastikan dia akan merasa nyasar ke planet lain. So, apakah mereka bisa dipersatukan? Saya pribadi lebih memilih jalan ngalor ngidul di mall daripada turun ke jalan memprotes pemerintah. Hei, nggak ada gunanya buat saya. Sebut saya apatis, it's OK tapi bagi saya apapun itu yang dikerjakan pemerintah, itu urusan mereka. Daripada mengurusi mereka lebih baik saya window shopping di Level 1. Sementara dia? Rela aja melepaskan pekerjaan karena sibuk menyelesaikan skripsi (ini masih bisa ditolerir) dan mengurusi organisasi politiknya itu. Oh my gosh. Sebut saya materialsitik, saya bisa terima, karena bagi saya money is everything (orang yang bilang uang tidak bisa membeli segalanya pasti tidak tahu tempat shopping yang OK, menurut saya). Sementara dia sibuk berkutat dengan koran dan isu politik, saya memilih untuk memelototi fashion spread di majalah-majalah. Well, Grazia, Cosmopolitan, Harper's Bazaar, ELLE dan teman-temannya jauh lebih menarik dari pada Kompas, Tempo, atau Gatra.
Lalu masalah pasangan. Dia menghendaki pasangan yang agak sedikit manja dan bisa mendukung dia. Manja, okelah bisa di tolerir. Mendukung dia? Bisalah. Tapi, apa hanya itu arti pasangan? Bagi saya, pasangan adalah orang yang bisa menunjang gengsimu, bisa dengan mudahnya diterima oleh lingkunganmu dan balik mendukungmu. Tapi jika kepribadian kita sudah sangat berbeda, apakah dukungan bisa diberikan? I don't know.

Well, saya mengaku bahwa ini hanyalah kelabilan saya saja. Balik lagi ke lagunya Marcell. Untuk saat ini saya sudah tidak mengharapkan Steve lagi (sesekali mungkin masih) dan saya tidak akan dipusingkan lagi dengan perbedaan-perbedaan itu, terlebih perbedaan kepercayaan. Lalu, apa ada yang bisa menjamin saya tidak akan pernah jatuh cinta lagi sama dia yang berbeda agama? Perbedaan pasti ada dan semoga masih bisa ditolerir, tapi kalau menyangkut agama? Itu bukan hanya urusan saya saja, ada keluarga yang ikut mengambil peran di dalamnya. Lalu, jika itu terjadi, apakah saya harus rela melepaskannya meskipun saya mencintainya demi kepercayaan yang telah saya -dan keluarga- pegang sejak dahulu? Atau tetap mempertahankannya meski untuk itu kita harus berjalan dengan dua nakhoda? Karena untuk mengikuti kepercayaannya, itu jelas tidak mungkin. Tetap bertahan dengan perbedaan itu tentu saja akan mendapat pertentangan dari keluarga saya.
Lalu, sekali lagi, apakah ada yang bisa menjamin saya tidak akan jatuh ke tangan dia yang berbeda dengan saya? Tentu saja saya menginginkan yang sama, tapi jalan nasib siapa yang bisa menduga?

Ah, sudahlah. Saya pusing. Saya butuh asupan kafein. Ah, lebih baik saya membaca majalah saja *bergerak ambil ELLE UK October issue cover Kate Hudson yang demi TUHAN SEMESTA ALAM, keren banget booo....* (Jika saat ini saya bersama Steve, dia pasti akan bilang: "buat apa sih kamu ngabisisn duit 200ribu cuma untuk majalah doang? Di luar sana banyak lho orang yang kesusahan mencari duit 200ribu untuk makan selama beberapa hari." Benar juga sih kata dia, tapi please, tolong hargai passion saya dong. Bagi dia 200ribu untuk sebuah majalah mungkin kelewatan tapi bagi saya? Sama sekali nggak.)

love,

SHARE:
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

4 comments

  1. ehm jadi steve itu beda agama sama loo? makin meruncing nih clue nya. wekkeeeke...

    ReplyDelete
  2. nah itu dia gw ga tau. wkwkwkwkw......

    ReplyDelete
  3. ayo za tebak siapa coba.. kan clue-nya udah banyak tuh
    Terkenal di FISIP, berbibir tipis dengan bekas cukuran, trus beda agama alias kristen, siapa coba???

    ReplyDelete

BLOG TEMPLATE CREATED BY pipdig